Kepemimpinan itu Sungguh Berat

Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata tentang Abu Dzar, Abu Dzar bagai sebuah wadah yang penuh dengan pengetahuan (Tarikh Dimasq oleh Ibnu Asakir).

Tapi Abu Dzar tidak pernah diberikan kepemimpinan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau hidup di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihiw asallam, Abu Bakar, Umar, dan wafat di masa pemerintahan Utsman. Tidak pernah sama sekali jadi pemimpin.

Pernah sekali Abu Dzar menawarkan diri kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjadi pemimpin. Bukan karena ia tamak kepemimpinan. Tapi ia ingin lebih bermanfaat, menolong, dan berbagi untuk orang lain. Abu Dzar mengatakan, Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin? Mendengar permintaanku tersebut, beliau menepuk pundakku seraya bersabda:

Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (HR. Muslim no. 1825).

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Dzar, aku memandangmu seorang yang lemah dan aku menyukai untukmu apa yang kusukai untuk diriku. Janganlah sekali-kali engkau memimpin dua orang dan jangan sekali-kali engkau menguasai pengurusan harta anak yatim.” (HR. Muslim no. 1826).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mencintai Abu Dzar. Tapi beliau memberikan pesan yang begitu jelas, jika ada dua orang, dia yang jadi pemimpin bukan engkau wahai Abu Dzar.