Menjelang Kematian, Pahamkanlah Umur Anda di Dunia Ada Batasnya

Disaat-saat yang mencekam ini, datanglah gurunya yang telah lama tiada. Dengan berjubah putih-putih, gurunya itu datang kehadapannya dengan senyuman yang menyejukkan, “Wahai muridku, tidakkah engkau ingat dengan ajaranku. Disaat-saat sakaratul maut yang sangat berat, jangan sekali-kali engkau memilih untuk menyenangkan nafsumu saja. Janganlah engkau memilih memakan makanan yang diberikan setan itu dan janganlah pula engkau meminumnya, walaupun engkau sangat membutuhkannya. Tidakkah engkau ingat dengan puasa yang sering engkau lakukan …, tidakkah engkau ingat dengan kepayahanmu tiap malam untuk mengerjakan sholat tahajjud …, dan tidakkah engkau ingat bahwa Neraka itu dikelilingi dengan segala sesuatu yang menyenangkan nafsu ?. Apakah disaat engkau akan menjemput ajal, engkau melupakan segalanya ?. Ingatlah, setan-setan itu tidak akan pernah suka, seorang manusia mati dengan mendapat keridloan dari Allah SWT. Ingatlah pula, segala kenikmatan yang dipamerkan menjelang ajal adalah dari setan. Jika engkau meminum minuman itu dan memakan makanannya, maka berarti engkau akan menjadi pengikutnya, dan akan mendiami Neraka bersamanya. Ingatlah muridku, janganlah engkau hapus amal ibadahmu disaat-saat engkau sangat membutuhkan pertolongaNya, janganlah engkau terperdaya oleh setan yang sesat lagi menyesatkan. Hati-hatilah engkau dengan musuhmu yang telah nyata ”.

Sang pengembara menjadi ragu-ragu. Disaat-saat yang dirasakannya sangat berat, ia merasa sangat dahaga, yang belum pernah ia merasakan sedahaga ini. Tenggorokannya dirasakan sangat kering, kering yang sangat membutuhkan kesejukan. Dan kesejukan itu sudah berada dihadapannya. Tetapi mengapa gurunya melarangnya untuk mengambil kesejukan itu ?. Hatinya sangat bimbang, dan seluruh tubuhnya dirasakan sangat sakit.

Di saat-saat seperti ini ia ingat akan dosa-dosanya yang menumpuk tidak karuan. Banyak sekali manusia yang ia zholimi dan ia juga teringat akan dosa-dosanya terhadap Penciptanya yang telah memberikan banyak rizki kepadanya. Ia merasa sangat takut. Takut sekali, tidak pernah ia merasa setakut ini. Tetapi tiba-tiba ia teringat akan silaturahim yang ia lakukan. Ia bersilaturrahim dengan semua orang yang ia zholimi dan meminta maaf terhadap semua kesalahannya. Hal ini sedikit menenangkan hatinya.

Sang pengembara menangis tersedu-sedu, jika mengingat semua dosa yang dilakukannya selama ia hidup didunia ini. Ia merasa malu sekali, sebagai seorang hamba yang telah diberiNya banyak kenikmatan, tetapi ia malah seringkali mengingkarinya. Ia merasa sangat bersalah terhadap Penciptanya. Dan ia sangat takut jika Allah murka kepadanya.

Bibirnya yang terasa sangat kelu dipaksakannya untuk mengucapkan permohonan ampunan terhadap Penciptanya yang Maha Pengampun. Kalimat-kalimat istighfar diucapkannya dengan sungguh-sungguh, dengan meneteskan air mata. Ia sangat berharap agar Allah sudi mengampuni segala dosa-dosa yang telah ia lakukan.

Rindunya terhadap Allah yang telah mengaugerahinya banyak kenikmatan mulai tumbuh. Ia rindu sekali untuk segera bertemu denganNya. Rahmat dan keridloanNya amat dibutuhkan disaat-saat sekarang ini. Hatinya menjerit, “Ya Allah ampunilah aku dan jemputlah aku dengan keridloanMu. Ya Allah, hanya Engkaulah Tuhanku, Tolonglah aku disaat-saat seperti ini dan jangan tinggalkan aku ditengah-tengah kesusahan ini …………..”.