Usia 40 Masih Saja Bermaksiat, Kecupan Setan Untuknya

Tetapi, agar mudah mengukur apa yang sudah dan belum kita lakukan, Baginda Rasul telah menyiapkan banyak tuntunan. Salah satu contohnya terkait orang tua yang masih gemar melakukan maksiat. Disebutkan dalam sebuah hadits, jika ada orang tua yang tak mampu meninggalkan kebiasaannya bermaksiat, ia akan dilaknat oleh Allah SWT dan tak akan mendapat syafaat pada hari kiamat. “Allah tidak akan memerhatikan mereka dan bagi mereka azab yang pedih.”

Rasulullah SAW bersabda: إذا بلغ الرجل أربعين سنة ولم يغلب خيره على شره قبله الشيطان بين عينيه

“Jika seorang anak manusia telah mencapai usia 40 tahun, tapi kebaikannya tidak lebih dari keburukannya, setan akan memberi kecupan di antara kedua matanya.”

Betapa sayangnya Nabi kita kepada kita. Untuk menghindar dari kemungkinan dikecup setan, Baginda mengingatkan kita semua, semua yang telah berusia 40 tahun. Hati-hati, jika kebaikan kita tak beranjak dan berada di bawah kejelekan kita, kita akan jadi makhluk kesayangan setan.

Mari berhitung, nyaris semua pemimpin di negeri ini telah berada pada usia 40 tahun. Kalau kita, para pemimpin bangsa Indonesia, amal kebajikan berada di bawah maksiat keburukannya, kita adalah kumpulan makhluk yang akan dikecup keningnya oleh setan. Kecupan kening adalah isyarat kecintaan. Seorang suami yang akan pergi jauh akan mengecup istri di keningnya. Ayah yang akan merantau akan mengecup kening anaknya. Akankah kening kita telah dikecup oleh setan?

Jika mencermati kehidupan kita sehari-hari, para imam yang mengkhianati makmumnya, ulama yang menjual umatnya, rahib yang mengganggu gembalaannya, wakil rakyat yang mengangkangi rakyat yang diwakilinya, guru yang menistakan muridnya, murid yang melawan gurunya, pemerintah yang tunamanfaat, pengadilan yang menjauhkan keadilan, pemangku keamanan yang mengganggu keamanan maka kita adalah anggota laskar kesayangan setan. Usia kita sudah 40 tahun, berapa kali kita bermaksiat dan berapa kali taat kepada Allah SWT?

*Naskah ini bagian dari artikel almarhum KH Hasyim Muzadi yang tayang di Harian Republika.(rol)