Kisah Urwah Jadikan Salat Sebagai Obat Bius Saat Diamputasi

Akhirnya proses amputasi dilakukan. Mereka memotong kakinya pada bagian lutut, sedangkan Urwah diam dan tak merintih sedikitpun ketika itu. Beliau benar-benar tersibukkan oleh salatnya sampai-sampai gesekan-gesekan gerigi gergaji itu seakan tak terasa baginya, Subhanallah!

Usai pemotongan, para tabib mendidihkan minyak zaitun dan menyiram bagian yang terpotong dengan minyak tadi. Sontak Urwah pun jatuh tak sadarkan diri.

Setelah siuman, ia berkata lirih sambil menyitir firman Allah berikut yang artinya: “…Sungguh kita benar-benar merasa letih karena perjalanan ini.” (QS. Al-Kahfi: 62)

Namun cobaannya tak berhenti sampai di situ. Diriwayatkan bahwa pada malam kakinya diamputasi itu, salah seorang anak kesayangannya bernama Muhammad, jatuh terpeleset dari atap rumah dan wafat seketika!

Para tetangga dan handaitaulan pun berdatangan memberikan takziyah kepadanya. Namun, orang alim ini justru memanjatkan ujian kepada Allah. “Segala puji bagi-Mu ya Allah, mereka adalah tujuh bersaudara yang satu di antaranya telah Engkau ambil, namun Engkau masih menyisakan enam bagiku. Sebelumnya aku juga memiliki empat anggota badan, lalu Engkau ambil satu dari padanya, dan Engkau sisakan yang tiga bagiku. Meski Engkau telah mengambilnya, namun Engkau jualah pemberinya, dan meski Engkau telah mengujiku, namun Engkau jualah yang selama ini memberiku kesehatan.”

Qadarullah, Urwah wafat pada tahun 93 Hijriyah dalam usianya yang ke-70 tahun dalam keadaan sedang berpuasa. Hisyam bin ‘Urwah mengatakan: “Dahulu ayahku berpuasa terus-menerus (banyak berpuasa) dan meninggal dalam keadaan berpuasa. Ketika ajal menjelang, dia sedang berpuasa, lalu keluarganya memintanyanya agar berbuka saja namun dia menolak. Sungguh dia telah menolak, karena dia berharap kalau kelak dia bisa berbuka dengan seteguk air dari sungai Kautsar di dalam bejana emas dan di tangan bidadari. Alangkah tabahnya Urwah bin Zubair ini.” []

Referensi:
1. Al-Bidayah Wan Nihayah
2. Siyar A’lamin Nubala’
3. Tadzkiratul Huffazh
4. Tahdzibut Tahdzib
5. Basya’ir Al-Farh bi Taqribi Fawa’idi Al-Imam Al-Wadi’i fi ‘Ilmi Ar-Rijal Wal Mushthalah.

(sdo)