6 Kitab yang Termasuk dalam Kutubus Sittah dan Profil Ulama Penulisnya

5. Sunan An-Nasa’i
Sunan An-Nasa’i disusun oleh Imam An-Nasa’i. Kitab ini memuat 5761 hadits Nabi Muhammad SAW. Hadits yang ada dalam kitab ini berkualitas shahih dan tidak terdapat hadis berkualitas dhaif di dalamnya.

Kitab hadits ini disusun berdasarkan bab-bab fikih. Imam An-Nasa’i hanya mencantumkan hadits-hadits marfu’ (yang bersumber dari Nabi SAW). Hanya sedikit hadits yang bersumber dari sahabat.

Imam An-Nasai lahir pada 215 H di kota Nasa’, salah satu wilayah di Khurasan. Ia memiliki nama lengkap Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr ibn Dinar al-Khurasani an-Nasa’i, dan dijuluki Abu Abd ar-Rahman an-Nasa’i.

Ia telah menghafal Al-Qur’an dan mengkaji ilmu-ilmu agama sejak kecil kepada para gurunya. Bahkah, ia pernah berguru secara khusus kepada Qutaibah ibn Sa’id al-Baglani al-Balkhi untuk mendalami ilmu hadits.

Imam An-Nasai melakukan rihlah ilmiyyah untuk belajar ilmu hadits ke Syam, Mesir, Irak, dan Hijaz sejak usia 15 tahun. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengamalkan ilmunya di Mesir dan bermukim di sana.

Beberapa gurunya antara lain Ishaq ibn Rahawaih, Hisyam ibn ‘Ammar, Ziyad ibn Yahya al-Hasani, Tamim ibn al-Muntasir, Abu Qudamah Ubaidillah ibn Sa’id, Utbah ibn Abdillah al-Marwazi, Umar ibn Zurarah, Muhammad ibn Ubaid al-Muharibi, Muhammad ibn al-‘Ala’ al-Hamdani, Yusuf ibn Isa az-Zuhri dan lainnya.

6. Sunan Ibnu Majah
Sunan Ibnu Majah merupakan kitab hadits yang disusun oleh Ibnu Majah. Hadits yang terdapat dalam kitab ini merupakan hadits yang maqbul (dapat diterima).

Ibnu Majah memanfaatkan muqaddimah dalam kitabnya untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan hadits Nabi SAW dan ilmu hadits. Ia menyusun kitab hadits dengan berorientasi pada pokok bahasan fikih, seperti lima ulama lainnya.

Ibnu Majah lahir pada 209 H dengan nama lengkap Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid ibn Majah ar-Ruba’i al-Qazwaini. Ia rajin mempelajari ilmu agama terutama hadits sejak masih kecil.

Seperti kelima ulama sebelumnya, Ibnu Majah melakukan rihlah ilmiyyah ke sejumlah daerah untuk belajar hadits langsung dari para guru hadits terkemuka. Di antaranya ke Kufah, Madinah, Makkah, Basrah, Mesir, dan Syria.

Beberapa guru Ibnu Majah antara lain Mu’ab ibn Abdillah az-Zubairi, Muhammad ibn Abdillah ibn Namir, Jubarah ibn al-Muglis, Abu Bakr ibn Abi Syaibah, Muhammad ibn Rumh, dan Hisyam ibn Ammar.

Dari enam kitab hadits tersebut, Shahih Bukhari menempati urutan pertama dalam Kutubus Sittah yang sering dijadikan pedoman para ulama. [Detik]