Cahaya Ramadhan

Selesai shalat zhuhur, dan baru saja membuka komputer untuk menulis sesuatu hal, tiba-tiba seorang ibu muda datang ke rumah saya. Ia memberi tahu saya bahwa tetangganya yang sedang sakit, sudah dalam keadaan diam dan sangat menghawatirkan. Ia minta tolong kepada saya, agar membantu membacakan kalimat-kalimat Allah di samping lelaki tetangganya itu.

Komputer segera saya matikan, dan bergegas membuntuti perempuan muda itu. Sampai di sana, ternyata malaikat pencabut nyawa sudah lebih cepat datang ketimbang saya. Ia sudah membujur tanpa nyawa ditemani anak lelakinya sambil terisak menangis. Innalillahi wa inna ilaaihi raaji’uun.

Saya sempat tertegun sejenak. Laki-laki yang beruntung. Meninggal saat bulan agung menyapa kita. Lebih beruntung lagi ia menghadap-Nya pada saat ia sudah mengucap syahadat. Sekitar dua tahun yang lalu ia adalah nasrani yang taat.

Terbersit dalam pikran saya, tentang perjalanan laki-laki ini. Saya tak bermaksud membuka aib seseorang. Kecuali ingin mencoba berbagi kebaikan dari sejarah perjalanan hidup sahabat kita, sesama muslim. Toh, Allah tak kan mencipta sebuah mahlukpun di muka bumi ini, kecuali di dalamnya Dia membawakan setitik kebaikan.

Banyak orang tahu, bahwa masa mudanya adalah seorang perampok. Tak hanya sekedar perampok, bahkan ia adalah pemimpin atau lurah perampok. Ketika cengkeh sedang jaya-jayanya, dan menjadi komoditi yang berharga sangat tinggi di daerah kami, ia adalah salah satu orang yang selalu membikin resah warga.

Sebagai seorang perampok, ia memang sangat professional dalam setiap aksinya, plus licin seperti belut, sehingga pihak keamanan masa itu selalu kewalahan untuk menangkapnya. Sampai pak bupati sebagi pemegang kekuasaan di daerah saya ikut prihatin dengan seringnya kejadian yang meresahkan masyarakat tersebut. Ahirnya ia ikut juga memberikan solusi atas kejadian-kejadian yang banyak menyusahkan warga itu..

Pak Bupati menawarkan pekerjaan yang mulia jika ia mau insaf. Ia juga akan dibelikan tanah dan rumah jika mau berhenti dari pekerjaan laknat itu. Tawaran itu disambut baik sang lelaki. Ia tak lagi jadi perampok. Ia beralih profesi sebagai seorang penjaga keamanan di lingkungan tanah pak bupati di dekat sebuah tempat wisata. Bahkan ia berhasil menjadi PNS waktu itu. Dan ketika umurnya masuk usia paripurna, iapun mendapat pensiun.

Ia berhenti total dari pekerjaan merampok. Tapi mabuk dan judi belum bisa dihindari. Ia masih menenggak minuman walaupun umurnya sudah tua. Ia masih gentayangan ke sana ke mari, mencari lawan main untuk judi kartu.

Tak ada orang yang menyangka, kalau di usianya yang ke 70, dia mengajak keluarganya kembali ke agama Islam. Tak ada yang mengira bahwa di usia yang senja itu ia akan bersyahadat kembali. Setelah sebelumnya ia dikenal oleh banyak warga sebagai seseorang yang sangat dekat dengan kalangan gereja dan pendeta.

Sesuatu yang tak pernah dibayangkan siapapun, termasuk oleh anggota keluarga itu sendiri. Ada terbersit cahaya syiar di tengah seluruh umat muslim sedang mengisi detik-detik mulia di dalam bulan agung ini.

Pasca ajal menjemput, kalimat Allah banyak dibacakan di rumah duka. Ia didoakan oleh mereka yang sedang berpuasa. Ia dishalatkan oleh banyak kaum muslimin. Akhirnya cahaya Islam kembali bersinar di tengah keluarganya.

***
Purwokerto, Okt 06 <[email protected]>