Kegundahan Para Bunda

Tinggal di Negeri Matahari Terbit yang terkenal dengan
bunga Sakuranya, membutuhkan usaha dan kesabaran lebih
besar dalam mendidik anak. Selain pendidikan formal
juga yang paling utama adalah pendidikan agama Islam.

Teman-teman saya yang baru beberapa bulan datang ke
Nagoya berkeluh, "Kami mempunyai masalah dalam hal
mengajari anak-anak membaca Al-Quran. "
Masalah yang dialami teman-teman saya itu, juga saya rasakan
di awal menjalani kehidupan di Jepang dan mungkin dirasakan
pula oleh sebagian besar para ibu yang tinggal sementara atau
menetap di luar negeri.

Dikatakan oleh teman saya bahwa masalah itu berkaitan
dengan waktu dan tenaga sebagai ibu rumah tangga yang terbatas.
Di mana waktu dan tenaga yang tersisa setelah mengerjakan
urusan rumah hampir tak bersisa untuk mengecek kemajuan
anak-anak mereka membaca Al-Quran. Mereka yang sewaktu di tanah air
biasa mengerjakan urusan rumah tangga sendiri pun masih
merasakan repot apalagi mereka yang mendapatkan bantuan
pembantu rumah tangga. Meskipun ibu rumah tangga yang tinggal di Jepang
terbantu dengan alat-alat rumah tangga yang serba praktis, tetapi di
sini segala sesuatunya mesti dikerjakan sendiri. Sehingga waktu
untuk mengajari anak-anak mengaji pun terbatas.

Selain itu tinggal di Jepang dengan fasilitas minim untuk belajar
Islam juga lingkungan yang kurang mendukung membuat para Bunda
khawatir.
Maka dari itu perlu siasat dan kreatifitas ibu dalam mendidik dan
mengajarkan agama Islam kepada anak-anaknya. Hal ini sangat berbeda
dengan di Indonesia di mana ada guru mengaji yang bisa didatangi
atau didatangkan ke rumah.
Kegiatan mengaji untuk anak-anak bisa dijumpai di masjid-masjid,
musholla-musholla, bahkan sangat terbantu dengan adanya
TPA (Taman Pendidikan Al-Quran).

Seperti yang diceritakan seorang teman yang baru beberapa bulan
tinggal di Jepang, karena kesibukan berbenah dan beradaptasi,
anaknya menjadi jarang mengaji dan malah lupa hapalan surah pendeknya.
Padahal waktu di Indonesia, anaknya rajin mengaji dan sudah hapal
beberapa surat pendek Juz-Amma.

***

Untuk mengurangi kegundahan para Bunda dan menjawab keinginan
agar anak-anak bisa belajar tentang agama Islam bersama-sama,
ada kegiatan belajar untuk anak-anak yang kami adakan tiap hari
Sabtu di Masjid dan hari Minggu keempat tiap bulan di lobby kampus.
Dua kegiatan tersebut memang dirasakan masih belum mencukupi. Akan
tetapi bila rutin datang ke kegiatan tersebut sedikitnya anak-anak pun
menjadi terbiasa pergi ke Masjid dan merasa dekat dengan masjid, mereka
takkan lupa apalagi lalai dalam belajar tentang agama Islam.
Apalagi sejak tahun 2004, kami mengadakan Sanlat (Pesantren Kilat)
rutin tiap tahun dan sejak tahun lalu di bulan Ramadhan kami
mengadakan lomba menghapal surat pendek Juz-Amma bagi anak-anak.
Dan insyaAllah kegiatan-kegiatan tersebut akan lebih bervariasi lagi.

Kegundahan-kegundahan para Bunda tersebut sedikit demi sedikit
kita hilangkan, dan kita coba mencari celah waktu yang bisa dibagi
untuk anak-anak di antara waktu untuk mengurus rumah.

Saya berharap suatu ketika kegiatan yang kami bangun sedikit
demi sedikit dan dari yang kecil di kemudian hari bisa menjadi
besar, kokoh dan meluas. Semoga harapan akan adanya sekolah Islam di Nagoya bisa terwujud, amiin.

Nagoya, Juni 2007
http://junjungbuih. Multiply. Com