Kepo Hasanah dan Kepo Sayyiah

Oleh Dinar Zul Akbar
Anda pernah mendengar kata “ih kepo banget sih??”

Apa?? Belum pernah?? Masa??Serius??

Hewan yang disawah itu?? Bukan itu mah Kebo!!
Mau tau??

Kalu jawabannya iya, maka anda sudah terjangkit virus Kepo ini. Sebetulnya indikasi kepo sudah terlihat jika anda membaca tulisan ini.

Apa itu kepo?? Banyak riwayat yang bertebaran terkait asal usul Kepo ini. Dan diantara riwayat yang paling masyhur ia merupakan kepanjangan dari Knowing Every Particular Object –mau tau secara mendetail-. Atau dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa Kepo berasal dari bahasa Mandarin yang artinya kurang lebih sama. Atau juga dikatakan Kepo ini kepanjangan KEk (Kayak) POlisi atau –maaf- PembOkat (pembantu) yang berarti dua subjek yang sering bertanya walaupun riwayat ini lemah dari sisi periwayatan.

Ala kulli hal, jumhur anak gaoel bersepakat secara ringkas atau ikhtishor tentang Kepo ini (kita garis bawahi bersama-sama) bermakna rasa ingin tahu yang mendalam akan suatu hal. Maka untuk kemudian kata kepo dalam tulisan ini dapat dibaca rasa ingin tahu.

Karena Kepo ini termasuk kata benda maka dia bisa disifati menjadi 2 hal. Kepo hasanah atau kepo yang baik, ataupun kepo sayyiah atau kepo yang buruk.

Yang pertama : Kepo Hasanah

Sedikitnya ada dua jenis dari kepo hasanah. Yang pertama Kepo Hasanah yang dapat kita ambil contoh dari atsar sahabat nabi yang mulia. Beliau adalah Abdullah ibn Abbas rodhiyallahu ‘anhu. Pernah suatu hari ditanyakan kepada beliau tentang rahasia kecerdasannya. Maka beliau menjawab :

لسان سؤول و قلب عقول

(lisaanun sauul wa qolbun ‘aquul)

Dengan lidah yang senantiasa bertanya dan hati yang selalu berpikir

Walaupun dalam riwayat lain dikatakan bahwa Sahabat ‘Aliy ibn Abi Tholib rodhiyallahu ‘anhu-lah yang berkata demikian. Wa Allahu a’lam

Kepo dalam hal tholabul ‘ilmi adalah suatu yang baik bahkan sangat dianjurkan. Bahkan Rasul sholallahu ‘alayh wasallam pernah mengingatkan dalam hadits riwayat Imam Abu Dawud :

فإنما شفاء العي السؤال

(sesungguhnya obat dari ketidak tahuan adalah bertanya)

Makanya tak heran banyak ditemukan riwayat tentang pertanyaan-pertanyaan sahabat ridhwanullahi ‘alayhim kepada baginda nabi Muhammad sholallahu ‘alayh wasallam. Misal amal apa yang paling baik, jika aku melakukan ini apakah akan begini, dan sebagainya. Tak lain tak bukan yang melatar belakangi mereka adalah rasa kepo (keingintahuan) terhadap suatu hal. Baik berupa masalah aqidah, ibadah, hari akhir dan sebagainya.

Yang kedua kepo dalam hal perhatian akan keadaan umat islam. Bukan rahasia lagi bahwa di beberapa belahan tempat kaum muslimin tidak diperlakukan dengan adil oleh dunia. Maka sebagai salah satu bentuk rasa peduli mereka adalah dengan adanya rasa kepo (ingin tahu) akan ihwal keadaan mereka. Seperti apa-apa yang terjadi di Gaza, Suriah, Afghan, Iraq, dan daerah-daerah lainnya.

Karna apa?? Karna dengan hal itu kita dapat meningkatkan kepedulian kita terhadap mereka. Menjadi semacam pengikat hati antara kita dan mereka. Karna umat Islam kal jasadil wahid meski terdapat sekat-sekat batas negara serta regional. Bahkan Nabi Sulaiman ‘alayh salam pernah bertanya ihwal salah satu pasukannya yang juga seekor burung hud-hud. Lihatlah betapa besar ihtimam (perhatian) beliau bahkan terhadap seekor burung sekalipun.

Setelah membahas Kepo Hasanah. Maka yang selanjutnya akan dibahas adalah Kepo Sayyiah.

Kepo Sayyiah ini banyak sekali tersebar di kalangan manusia di dunia. Misal dalam hal ini adalah kepo akan aib orang lain. Bahkan Allah ta’ala sudah ribuan tahun yang lalu melarang akan keberadaan kepo jenis ini. Dalam firmanNya yang Suci al Hujurot 12 :

يأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ اجْتَنِبُواْ كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلاَ تَجَسَّسُواْ وَلاَ يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُواْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

Sudah jelas ayatnya “janganlah kamu kepo akan kesalahan orang lain”. Seluruh anak adam yang beriman dilarang untuk mencari tahu akan kesalahan orang lain. Karna jenis kepo ini akan melahirkan sebuah produk yang bernama Kepotainment. Yang sebagian besar berisi tentang aib si anu, dosa si fulan dan sebagainya.

Padahal Baginda yang mulia sholallahu ‘alayh wasallam telah mengingatkan jauh jauh hari :

وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( طُوبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبَهُ عَنْ عُيُوبِ اَلنَّاسِ ) أَخْرَجَهُ اَلْبَزَّارُ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ

Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Berbahagialah orang yang tersibukkan dengan aibnya sehingga ia tidak memperhatikan aib orang lain.” Riwayat Al-Bazzar dengan sanad hasan

Untuk yang selanjutnya adalah kepo akan urusan orang lain. Istilah bahasa arabnya adalah tathofful. Berasal dari akar kata yang sama dengan Thiflun (anak-anak). Mungkin sudah menjadi adat kita di Indonesia akan adanya wujud dari basa-basi. Tapi bagi sebagian bangsa lain, basa-basi ini dianggap basi. Bahkan di kalangan arab jika ada yang bertanya ihwal keluarganya yang berjenis kelamin perempuan, mungkin istri, anak, atau ibu. Maka bisa jadi si Sail (penanya) akan dibunuh oleh si Masuul (yang ditanya).

Disebutkan juga bahwa ada baiknya untuk menghindari pertanyaan “darimana dan hendak kemana”. Karena dikhawatirkan pertanyaan tersebut merangsang orang untuk berbohong. Bisa saja si fulan dari tempat maksiat lalu kita berpapasan dengannya, tanpa tahu keadaan yang sebenarnya, kemudian dengan enteng bertanya “darimana”?? Maka kemungkinan terbesar ia akan berbohong dalam menjawab “darimana” tersebut.

Mungkin ini sedikit mengenai Kepo. Jika dirasa masih kurang puas, dan memadai. Maka mohon maaf, penulis masih belum bisa mengobati rasa kepo para pembaca.

Wa Allahu a’lam