Surat Terbuka Untuk Jokowi Tentang Rizal Ramli

Maafkan kami bila kami menyalurkan aspirasi kami ini secara terbuka.  Kami yakin, aspirasi kami ini mewakili aspirasi minimal puluhan juta rakyat Indonesia yang berkehendak baik.

Hari ini kami mencoba menggali kembali kepiawaian Bapak Rizal Ramli melalui Wikipedia dan rmol.id.  Hasil penelusuran kami tentang beliau semakin membuat kami sedih sekali bila Presiden masih enggan memanggil kembali beliau, sang mutiara dari ranah Minang ini, di tengah pandemi Covid-19 dan ancaman resesi yang bukan tidak mungkin berlanjut ke depresi ekonomi, dan bahkan lebih parah lagi bisa membuat Indonesia lenyap dari peta dunia seperti Yugoslavia.

Menyebut beliau mutiara rasanya masih kurang.  Beliau jauh lebih bernilai dari itu.  Kita patut berdecak kagum karena belaiu pernah menjadi penasihat ekonomi PBB bersama ekonom internasional lainnya seperti peraih Nobel Ekonomi, Amartya Sen dari Universitas Harvard dan dua peraih nobel lainnya, Sir James Mirrlees Alexander dari Inggris dan Rajendra K. Pachuri dari Universitas Yale, Helen Hunt dari UNDP, Francis Stewart dari Universitas Oxford, Gustave Ranis dari Universitas Yale, Patrick Guillaumont dari Prancis, Nora Lustig dari Argentina, dan Buarque dari Brasil.

Kami semakin terkagum-kagum manakala mengetahui kritik beliau mengenai proyek ambisius listrik 35.000 MW, inefisiensi pembelian pesawat jumbo oleh Garuda Indonesia, dan mega korupsi di Pelindo II menemukan kebenarannya. Faktanya, tahun 2018 Garuda Indonesia merugi Rp2,45 trilyun dan audit BPK menyebut empat proyek Pelindo II menyebabkan kerugian Rp6 trilyun.

Bila akademisi sekelas kami “mendengar” beliau, itu tidak aneh. Akademisi dan ekonom sekelas Profesor Anwar Nasution yang lulusan Universitas Harvard, mantan Deputi Gubernur Senior BI, dan mantan Ketua BPK pun “mendengarkan” beliau.  Buah manisnya, Bank BII selamat tanpa kucuran dana talangan.

Kami termasuk orang yang beruntung lantaran pernah mengenal beliau lebih dekat dan pernah mendengarkan pandangan beliau saat Panitia Khusus Pertambangan DPD RI mengundang beliau sebagai narasumber atas permintaan almarhum Bapak Mayjen (Purn.) Ferry FX Tinggogoy tahun 2012.  Ketika itu kami menjadi staf ahli almarhum.