Surat Terbuka Untuk Jokowi Tentang Rizal Ramli

Setelah menghimpun sejumlah sepak terjang beliau saat membenahi Bulog hingga untung Rp5 trilyun, menyelamatkan PLN dari kebangkrutan dengan revaluasi aset, membuat PT Semen Gresik meraih laba dari Rp1,3 trilyun menjadi Rp1,8 trilyun, dan lain-lain, kami sampai pada kesimpulan bahwa beliau adalah praktisi dan ekonom dengan segudang akal yang tidak pernah kering.

Kami sangat menyayangkan bila “mutiara” yang tidak ternilai ini Bapak sia-siakan.

Bapak Presiden, kami menyadari tidak mudah memasukkan dalam tim orang yang berbeda. Namun menurut kami itulah tantangan bagi seorang pemimpin lantaran sebagai pemimpin ia bukan hanya menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) manajer yang sifatnya “do things right, ” tetapi juga tupoksi pemimpin yang “do the right things.”

Sebagai teladan, Paus Fransiskus, di awal menjadi Paus, bahkan dengan berani memasukkan dalam “ring 1-nya” seseorang yang rajin mengkritiknya.

Kami tidak ragu sedikit pun Bapak Presiden akan berkenan mendengarkan aspirasi kami, meskipun kami buka siapa-siapa (termasuk bukan siapa-siapa Bapak Rizal Ramli) dan bukan apa-apa, mungkin nama kami pun jauh sekali dari tangkapan radar Istana, bahkan nama kami mungkin nyaris tidak terdengar.

Toh, demi rakyat, Bapak bukan hanya pernah meminta Bapak Rizal Ramli sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, bahkan sekarang Bapak meminta kesediaan Bapak Prabowo mengurus Kementerian Pertahanan dan Bapak Edhy Prabowo mengurus Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Kami percaya dan yakin seyakin-yakinnya, demi rakyat (baca: demi Tuhan), Bapak akan mengesampingkan keengganan Bapak untuk memanggil Bapak Rizal Ramli hanya karena khawatir dinilai kurang berwibawa bila mendengar usulan dari orang kecil seperti kami.

Selama ini pun kami dan rakyat tahu, Bapak tidak pernah malu berada bersama orang kecil dan mendengarkan suara mereka.  Meskipun usulan kami kaum papa ini aneh, karena mengusulkan nama seseorang, demi kemajuan bangsa, kami tidak ragu Bapak berkenan memenuhinya, minimal memanggil beliau menjadi anggota/ketua Dewan Pertimbangan Presiden. Semoga.

 

*) Penulis: Henrykus Sihaloho, lulusan doktor dari IPB, Bogor dan dosen Program Studi Agribisnis Universitas Katolik Santo Thomas