Kapal Selam Nuklir AS Ini Dicurigai Pembuat Tsunami Aceh

Dicurigai juga sebagai pembuat gempa besar dan tsunami di Tohoku Jepang tahun 2011

Enam tahun kemudian, para ahli percaya bahwa USS Jimmy Carter juga menggunakan superweapon atau senjata supernya untuk menyebabkan gempa besar di Tohoku, atau dikenal sebagai “the Great Tohoku earthquake” yang berskala 9.0 SR pada 11 Maret 2011. Gempa terbesar dalam sejarah Jepang ini menyebabkan lebih dari 24.000 korban tewas. (lihat video Tohoku Jepang tahun 2011: gempa / tsunami)

Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard atau Goddard Space Flight Centre milik NASA, mengungkapkan bahwa pada hari-hari sebelum kejadian tersebut, satelitnya mendeteksi anomali, yaitu adanya peningkatan emisi infra merah (infrared emissions)yang besar dari pusat gempa.

Juga kandungan elektron pada ionosfer di atas pusat gempa, meningkat secara dramatis, mencapai puncaknya tiga hari sebelum gempa itu terjadi. Maka anomali dari fenomena ini sesuai dengan teori, adalah bukti nyata dari perangkat misterius yang ada di kapal selam USS Jimmy Carter.

Tentu saja, ada masalah dengan teori ini. Untuk satu hal, para ilmuwan masih yakin bahwa kedua tsunami baik pada Boxing Day (Tsunami Aceh) dan juga Gempa Rohoku adalah sebuah bencana alam yang alamiah.

Namun faktanya, lonjakan inframerah dan percikan elektron (electron spikes) pada hari-hari sebelum gempa tersebut, dipandang sebagai bukti positif sebagai apa yang dikenal sebagai “Mekanisme Kopel Litosfir-Atmosfir-Ionospir” (Lithosphere-Atmosphere-Ionosphere Coupling mechanism).

Hal ini mengacu pada teori ilmiah bahwa jika terjadi tekanan besar pada patahan (fault)sebelum gempa, maka telah terjadi pelepasan sejumlah besar gas Radon dalam jumlah yang sangat besar di sekitar wilayah itu.

Kemudian radioaktivitas dari gas tersebut akan mengionisasi udara, yang kemudian akan menciptakan percikan-percikan elektron (electron spike). lalu ion-ion itu akan menarik molekul air, sehingga memicu pengembunan uap air dalam skala yang sangat besar.

Proses kondensasi ini kemudian akan melepaskan panas, yang menjadi penjelasan adanya percikan yang dapat terlihat pada inframerah yang kemudian terdeteksi oleh satelit.