The Avenger Team STM

#Taktis-strategis#. Entah darimana kebisaan mereka menanggkal serangan polisi. Tapi jelas mereka ‘know what they are doing’. Memancing polisi menembakkan gas air mata, dan dengan refleks melemparnya balik ke arah polisi. Semprotan air mereka sambut seperti pesta, “gua mau air! Gua mau air! Sini tambah!” teriak mereka kepada polisi. Setelah beberapa lama polisi kehabisan air dan amuinisi, giliran mereka menyerang. Polisi mundur dan terkurung di apartemen Semanggi. Komandannya berbicara di airphone minta damai.

#Norma dan etika#. Beberapa warganet bilang mereka barbar dan dan liar. Itu penilaian kurang ajar. Mereka punya norma dan prinsip yang kuat. Ketika menggiring kendaraan polisi, seorang dari mereka teriak: “Jangan rusuh woi! Jangan rusuh!” Semua taat. Lalu membiarkan kendaraan itu lepas. DI satu sudut ‘pertempuran’, adzan magrib terdengar, poilisi masih menembakkan gas air mata, seorang mereka teriak: “Tahan dulu Woi! Ga belajar ngaji lo?”

https://www.youtube.com/watch?v=Ax1TJL3LauE

#Mengalir lepas#. Dengan pikiran lepas mereka melihat dunia tak banyak batasan untuk melakukan aksi. ‘Against the odds’. Mereka menerobos berbagai ketidakmungkinan. Seorang mereka bilang bantuan akan datang sebentar lagi, “Pake apa? Motor?” tanya kakak mahasiswa. “Kakak liat aja,” jawab si adik. Dan, gila, mereka datang dengan Transformer, kendaraan pengangkut kendaraan, yang tentu saja bisa mengangkut orang sekampung!

Bagaimana mereka bisa mendapatkan kendaraan itu, tak mungkin menyewa. Kebanyakan mereka bahkan tak punya ongkos. Mereka membajaknya. Sang sopir pasti tau risikonya kalau menolak. Tapi ini untuk perjuangan.

Mereka bergerak efektif, taktis, dan mengagumkan tanpa sokongan dana dan fasilitas dari siapapun. Malam harinya, seorang ibu memergoki sekelompok mereka sedang makan di warteg. Beberapa di antaranya siswa kelas I SMP. “Kalian ada ongkos pulang?” Yang mereka jawab dengan enteng: “Nunggu truk aja Bu.”

Si Ibu pemurah itu lantas membayari makan mereka dan memberi ongkos pulang.

Kadang kita perlu belajar dari mereka yang kita tak anggap penting. (*swa)

*Penulis: Kafil Yamin