Waduh! Ilmuwan Dunia Temukan Potensi Kaum Rebahan Lebih Tahan Covid-19

Pertanyaan terkait cara kerja COVID-19 berkutat pada pertanyaan tentang bagaimana sebuah penyakit memengaruhi tidur kita, dan bagaimana tidur memengaruhi penyakit kita.

Virus mampu untuk mengacaukan proses rumit dalam sistem saraf kita, dan dalam banyak kasus dengan cara yang tidak terduga, terkadang menimbulkan gejala jangka panjang. Pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara kekebalan dan sistem saraf dapat menjadi inti pemahaman COVID-19 dan pencegahannya.

Tidur Hentikan Laju Virus

Feixiong Cheng sudah memulainya sejak Januari 2020, saat coronavirus baru ini belum bernama COVID-19 dan baru mengambil puluhan hidup jiwa manusia. Dari dalam laboratoriumnya yang dilengkapi kecerdasan buatan, dia mencari petunjuk dalam struktur kerja virus untuk memprediksi bagaimana virus ini menginfeksi sel manusia, dan apa yang bisa menghentikannya. Pengamatannya menemukan bahwa melatonin memiliki potensi untuk menghentikan laju virus.

Melatonin adalah hormon yang diproduksi manusia untuk tidur. Seiring dengan gelapnya ruang, posisi yang nyaman, melatonin mengalir ke otak dan darah, memicu rasa kantuk.

Cheng mempublikasikan temuannya. Ilmuwan-ilmuwan dari belahan dunia lain juga memikirkan potensi melatonin yang sama. Mereka mencatat kegunaan lain melatonin: hormon ini memiliki peran dalam sistem kekebalan tubuh. Pada dasarnya, melatonin bertindak sebagai moderator yang membantu menjaga respon perlindungan diri kita dari kerusakan. Kerusakan ini bisa mempercepat proses seorang penderita COVID-19 gejala ringan ke skenario hidup mati.

Berbulan-bulan Cheng dan koleganya bekerja menganalisis data dari ribuan pasien yang datang ke pelayanan medis mereka. Orang-orang yang menerima tambahan melatonin memiliki peluang yang lebih rendah untuk berkembangnya COVID-19.

Pada Oktober lalu, sebuah studi di Columbia University juga menemukan bahwa pasien kondisi berat yang diintubasi (dibantu alat bantu selang) memiliki peluang selamat yang lebih baik jika mereka mendapatkan melatonin. Delapan percobaan klinis saat ini sedang berlangsung di seluruh dunia, untuk melihat korelasi melatonin. Jika melatonin memang terbukti secara ilmiah mampu membantu orang-orang, maka ini adalah obat termurah dan yang paling tersedia untuk melawan COVID-19.

Namun Cheng tidak merekomendasikan hal tersebut. Melatonin seperti zat-zat lainnya, memiliki efek memperlambat kerja sistem saraf pusat. Selain itu, manfaat yang dirasakan pasien dari melatonin bisa saja korelasi palsu. Mungkin juga adalah sebuah tanda yang memperingatkan kita bahwa ada sesuatu yang lain yang sebenarnya meningkatkan kekebalan tubuh. Cheng berpendapat hal ini mungkin saja terjadi. Dia dan peneliti lainnya menyarankan bahwa masalah utamanya bukan tentang melatonin, melainkan fungsi utamanya itu sendiri: untuk tidur.

Tidur yang Cukup Tanpa Obat

Fungsi utama dari tidur adalah untuk memelihara saluran komunikasi sel yang tepat di otak. Tidur terkadang disamakan dengan semcam proses permbersihan anti-inflamasi; itu untuk menghilangkan produk limbah yang menumpuk selama aktifitas seharian. Tanpa tidur, produk sampingan tersebut menumpuk dan dapat mengganggu komunikasi sel (seperti yang tampaknya terjadi pada beberapa orang dengan radang otak paska COVID-19).