Bunda Kaci, dari Aktivis Kristen Menjadi Aktivis Muslim

quranmuslimah

Kesadaran Kaci Starbuck tentang ajaran Kristen bermula ketika dibaptis di sebuah Gereja Baptis. Dari Sekolah Minggu, Kaci tahu doktrin agamanya mengajarkan bahwa “jika seseorang tidak dibaptis, maka ia akan masuk neraka.” Tapi kesediaan Kaci dibaptis bukan karena takut masuk neraka, tapi karena ia ingin membahagiakan banyak orang, terutama ibunya yang mendorong Kaci agar mau dibaptis.

Sejak taman kanak-kanak hingga remaja, Kaci sudah aktif dalam berbagai kegiatan gereja, mulai dari ikut paduan suara gereja, perkemahan tahunan remaja gereja dan kegiatan lainnya. Kaci tumbuh sebagai anak yang memegang teguh ajaran agamanya, hingga kedua orang tuanya bercerai dan mengubah pandangannya pada agama, khususnya agama Kristen yang dianutnya.

Selama ini, Kaci melihat orang tuanya sebagai pasangan yang sempurna. Ayahnya salah seorang petinggi gereja, ibunya juga membina anak-anak muda gereja. Ketika orang tuanya bercerai, ibunya pergi dan Kaci tinggal bersama ayah dan dua saudara lelakinya. Tapi, tiga tahun setelah perceraian, Kaci dan dua saudara lelakinya pindah ke rumah ibunya. Ketika itu, Kaci menyaksikan ibunya tidak lagi pergi ke gereja dan itu mempengaruhi dua saudara lelaki Kaci yang akhirnya beranggapan bahwa pergi ke gereja tidak lagi penting. Sementara Kaci, lebih senang menikmati masa remajanya di bangku sekolah menengah pertama, bertemu dengan dengan banyak teman baru.

Kaci mulai bingung dengan ajaran Kristen ketika ia bertemu dengan seorang teman sekolahnya yang menganut Kristen dari aliran yang berbeda. Temannya itu mengundang Kaci datang ke rumah bertemu keluarganya, dan mengunjungi gerejanya. Kaci memenuhi undangan itu. Ia jadi akrab dengan keluarga sahabatnya itu, bahkan sering mengunjungi gereja mereka di akhir pekan.

Keluarga itu adalah penganut Kristen sekte “Perjanjian Baru”. Penganut Kristen sekte ini tidak menggunakan alat musik dalam misa-misa gereja, tapi hanya menggunakan vokal dalam menyanyikan lagu-lagu gereja. Tidak ada pendeta khusus, tapi para sesepuh komunitas itu yang memberikan khutbah setiap minggu di gereja. Perempuan dilarang bicara di gereja, tidak ada perayaan natal, paskah dan hari besar Kristen lainnya, anggur dan roti komune diberikan setiap misa Minggu dan pembaptisan sangat penting bagi penganut sekte ini. Meski Kaci sudah pernah dibaptis, sekte ini tidak mengakui Kaci sebagai penganut “Kristen” jika belum dibaptis dengan cara mereka.

Karena bingung, Kaci mendiskusikan keyakinan sekte tersebut pada ibunya. Kaci merasa ia tidak perlu dibaptis lagi. Ia akhirnya meninggalkan gereja itu, ketika ia masuk kuliah. Saat itu Kaci memutuskan untuk tidak terikat pada gereja tertentu. Ia hanya sesekali pergi ke gereja untuk mendengarkan khutbah yang menurutnya penting.

Di tahun kedua kuliahnya, Kaci bergabung dengan Gereja Wake Forest sebagai penyanyi untuk mencari uang, bukan karena mengikuti aliran gereja itu. Di tahun kedua kuliahnya itu pula, Kaci bertemu dengan seorang muslim yang tinggal satu asrama dengannya.

Belajar Islam Kesana Kemari

Lewat teman muslimnya itu, Kaci sering berdiskusi tentang apa saja. Hingga suatu sore, Kaci menanyakan pada temannya yang muslim itu sebuah pertanyaan filosofis tentang keimanan dan agama. Dari penjelasan sahabatnya itu tentang Islam, Kaci jadi bertanya pada dirinya tentang agama yang dianutnya. Tapi sayang, setelah lama berkomunikasi, Kaci merasa sahabat muslimnya itu tidak lagi menjawab rasa ingin tahu dan memenuhi kebutuhan spiritual yang diinginkan Kaci.

Pada musim panas, Kaci bekerja di sebuah toko buku dan di sanalah ia banyak menemukan buku-buku tentang Islam. Ia bertemu lagi dengan seorang muslim lain di kampusnya, dan Kaci mulai melontarkan banyak pertanyaan padanya tentang Islam. Temannya itu selalu mengarahkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan Kaci pada Al-Quran yang membuat Kaci, mau tak mau membaca isi Quran. Selama satu tahun itu, Kaci dua kali berkunjung ke masjid lokal untuk mencari tahu lebih banyak tentang Islam, dan di sana Kaci merasakan kehidupan komunitas yang akrab.

“Setelah banyak membaca tentang Islam, saya jadi lebih sensitif jika mendengar pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Muslim. Ketika mengambil kursus pengenalan tentang Islam, saya frustasi mendengar komentar seorang profesor tentang Islam yang saya tahu tidak benar, tapi saya tidak bisa mendebatnya,” kata Kaci.

Di sela-sela kuliahnya, Kaci juga aktif dalam organisasi Islam Awareness di kampusnya. Ia bahkan menjadi orang Kristen dan perempuan satu-satunya yang aktif dalam organisasi itu. Kaci tak peduli dengan pandangan orang tentang aktivitasnya itu. Bergaul dengan muslim dan banyak membaca buku tentang Islam, membuat Kaci tidak lagi mengkonsumsi daging babi, tidak minum minuman beralkohol, dan mulai ikut berpuasa di bulan Ramadan. Perubahan ekstrim dilakukannya, ketika ia memutuskan untuk menutup rambutnya, meski bukan berjilbab.

“Sekali lagi, saya merasakan sebuah keindahan dan saya berpikir bahwa hanya suami saya yang boleh melihat rambut saya. Selama ini, saya tidak tahu menahu soal kewajiban jilbab dalam Islam, karena banyak muslimah di masjid yang saya kunjungi tidak mengenakan jilbab,” ujar Kaci.

Untuk mencari tahu lebih banyak tentang Islam, Kaci bergabung dengan sebuah komunitas di sebuah situs Islam. Ia lalu bertemu dan berkorespondensi dengan seorang muslim yang juga tinggal di AS. Pada bulan Juli 1996, Kaci menelpon sahabatnya itu, ia menanyakan banyak hal tentang Islam dan Muslim dan mendapatkan jawaban yang masuk akal dan memuaskan. Keeseokan harinya, Kaci langsung datang ke masjid di kawasan Wake Forest, ditemani dua orang temannya, yang satu muslim dan satunya lagi non-Muslim. Tapi Kaci tidak menceritakan maksudnya datang ke masjid untuk apa.

Di masjid, Kaci mengatakan ingin bertemu imam masjid setelah memimpin salat dan memberikan ceramah. Ketika imam masjid datang padanyanya, Kaci bertanya apa yang perlu dilakukan untuk menjadi seorang muslim. Sang imam menjawab, pengetahuan dasar tentang Islam dan bersyahadat. Kaci lalu mengatakan bahwa ia sudah mempelajari Islam selama setahun dan sekarang ia siap menjadi seorang muslim.

Dan hari itu, tanggal 12 Juli 1996, Kaci mengucapkan dua kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang muslimah. Setelah masuk Islam, Kaci sempat menemui kendala di tempat kerjanya karena ia mengenakan jilbab. Namun Kaci tetap mempertahankan jilbabnya. Di kampus, Kaci justru menjadi pemimpin organisasi Islam dimana ia dulu aktif di dalamnya. Dan ia dikenal dengan panggilan “Bunda Kaci.” (kw/oi)