Pejabat Otoritas Palestina: Tembok Ratapan Bukan Milik Yahudi

Seorang pejabat senior Otoritas Palestina telah menerbitkan sebuah laporan yang mengatakan bahwa Tembok Barat di Kota Tua Yerusalem tidak memiliki arti keagamaan tertentu untuk orang Yahudi dan pada kenyataannya, tembok tersebut masuk dalam warisan properti umat Muslim.

Selama beberapa Dasawarsa arkeolog Yahudi mengklaim bahwa Tembok Barat, tempat suci di mana orang Yahudi dapat berdoa, adalah tembok penahan dari kuil yang diklaim Yahudi berdiri 20 abad yang lalu. Termasuk kompleks masjid Al-Aqsha dibangun di atas reruntuhan kuil itu.

Klaim terbaru tentang Kuil, semakin menggema posisi yang diambil di masa lalu oleh para pemimpin Palestina termasuk Yasser Arafat akan klaim pemilikan tembok yang dianggap suci oleh yahudi tersebut.

Al-Mutawakil Taha, wakil menteri informasi dalam Otoritas Palestina dukungan Barat yang menguasai Tepi Barat, kepada The Associated Press pada hari Rabu kemarin (24/11) menyatakan bahwa hasil penelitiannya setebal lima-halaman yang diterbitkan pada situs pemerintah Palestina mencerminkan posisi resmi Palestina terkait tembok itu.

"Tembok ini tidak pernah menjadi bagian dari apa yang disebut Kuil Yahudi," ujar laporan itu. "Namun, karena toleransi Islam-lah yang mengizinkan orang Yahudi untuk berdiri berdoa dan menangis di tembok tersebut."

Laporan ini menyimpulkan bahwa karena orang Yahudi tidak memiliki klaim atas wilayah tembok itu, maka tembok ratapan tersebut menjadi wilayah umat muslim dan harus menjadi bagian dari Yerusalem Palestina.

Kedua belah pihak mengatakan narasi bentrok bersifat politis. Israel merebut Yerusalem Timur dalam Perang Enam Hari 1967 dan mencaploknya. Palestina mengklaim Yerusalem Timur, termasuk Kota Tua, sebagai ibukota negara masa depan mereka.

"Tentu saja posisi politik," kata Taha.

Taha mengatakan ia menulis laporan itu setelah para pejabat Israel hari Ahad lalu menyetujui rencana renovasi lima tahun untuk daerah Tembok Barat.(fq/hrzt)