Ulama Aljazair Fatwakan Haram Konsumsi Daging Dari 'Musyrikin' India

Impor daging sebanyak 4.000 ton dari India telah memicu adanya kontroversi, pada saat dikeluarkannya fatwa yang melarang untuk mengkonsumsi daging tersebut dengan alasan daging-daging itu berasal dari ‘orang musyrik.’

Syaikh Syamsuddin Bouroubi, ulama yang dikenal karena pandangannya yang dianggap kontroversial, pada hari Rabu lalu telah menerbitkan sebuah fatwa memberi peringatan kepada rakyat Aljazair yang mengharamkan mengkomsumsi daging-daging sapi asal India, karena menurutnya hewan-hewan itu kemungkinan besar tidak disembelih sesuai dengan ajaran Islam.

"Mengkonsumsi daging metode penyembelihan yang tidak diketahui adalah Haram," ujar fatwa yang dikeluarkannya.

Penyembelihan hewan secara Islam, juga disebut daging "halal, harus memungkinkan hewan disembelih dengan berdarah dan nama Allah harus disebutkan sebelum memulai proses penyembelihan.

Bahkan jika terbukti bahwa binatang itu disembelih dengan cara Islam, fatwa itu menambahkan, daging tersebut masih tetap haram karena yang memiliki hewan sembelihan adalah non-Muslim dan mereka juga yang ikut menyembelih.

"Daging tersebut berasal dari kaum musyrik yang menyembah sesuatu selain Allah seperti sapi atau burung atau tikus," tulis Bouroubi dalam fatwanya. "Mereka bukan penganut monoteis. Itulah sebabnya daging mereka Haram bahkan jika disembelih menurut cara Islam."

Pada konteks yang sama, harian independen Aljazair al-Fadjr menerbitkan sebuah laporan Rabu lalu dari Organisasi pemuda muslim dunia (WAMY), sebuah organisasi pendidikan Islam yang berbasis di Britania Raya, tentang daging India yang diekspor ke negara-negara Muslim.

Laporan ini mengacu pada peran yang dimainkan oleh komunitas sekte Ahmadiyah, yang juga disebut Qadiani, dalam bisnis daging.

Menurut laporan tersebut, komunitas ini, sebagian besar dari anak benua India, menggunakan label halal palsu pada daging dalam rangka untuk menipu negara-negara Muslim agar percaya bahwa hewan-hewan itu disembelih menurut cara Islam.

Lebih dari 500 pakar dari seluruh dunia kerja terlibat dalam bisnis daging produksi Ahmadiyah, laporan itu menambahkan, dan komunitas mereka melakukan sebagian besar transaksi di London.

Djahid Zefzef, General Manager dari Perusahaan Pengepakan Daging Aljazair, mengatakan bahwa kontroversi tentang daging India tidak berhubungan dengan soal menyembelih sesuai Islam, dan hal ini lebih banyak karena adanya perang antara importir daging.

"Kami sebelumnya telah mengimpor daging dari negara-negara non-Muslim dan tidak ada masalah yang terjadi," katanya kepada Al Arabiya. "4.000 ton daging asal India semuanya sesuai dengan standar internasional."

Dalam tanggapannya atas keprihatinan tentang apakah daging asal India itu halal, Zefzef menekankan bahwa pemerintah Aljazair mengimpor daging dari rumah pemotongan hewan Muslim yang berwenang di India, khususnya di negara bagian barat Maharashtra dan sebelah utara negara bagian Uttar Pradesh.(fq/aby)