Resep Dari Ekonom Senior: Resesi Dan Pertumbuhan Negatif, Apa Yang Mesti Dilakukan?

Beberapa perusahaan informasi dan komunikasi saya amati mendapat rezeki luar biasa dengan pandemi ini karena transportasi mandeg, teknologi IT sebagai gantinya. Jadi wajar jika perusahaan IT bisa tumbuh sampai tiga ratus persen.

Tetapi mengapa sektor ini secara keseluruhan hanya tumbuh 3,44 persen? Jawabnya karena miskin ide dan inovasi, tuna kebijakan. Coba aktifkan palapa ring secara maksimal dan tiang-tiang listrik berikan gratis untuk sementara kepada telkom dan telkomsel serta perusahaan swasta agar segera mengembangkan jaringan di seluruh penjuru negeri. Jika hal sederhana ini bisa dilakukan, maka sektor infokom akan berkembang pesat.

Karena tuna kebijakan maka sektor ini tumbuh sangat rendah, tumbuh seadanya seperti sekarang karena tidak punya daya pikir dalam. Sebagai catatan, tingkat elektrifikasi kita sudah di atas 90 persen, yang siap menjadi penopang sektor infokom. Jika saran kebijakan ini juga tidak laku, maka saya pastikan ada penyakit bebal kebijakan.

Ketiga, krisis ini sesungguhnya adalah peluang bagi “sektor drakula” penghisap devisa, yaitu sektor kesehatan. Kebutuhan sektor kesehatan hampir mutlak didatangkan dari luar negeri, sektor pengimpor mutlak dari negara lain, yang juga ditingkahi setan monopoli dan rente yang luar biasa  besar.

Sektor ini adalah sektor neraka bagi ekonomi karena menghisap devisa, melemahkan rupiah, menggerus perolehan ekspor, dan memelihara hutan rente ekonomi, yang menyakitkan. Krisis ini adalah peluang untuk merontokkan drakula dan setan rente tersebut, yang menyebabkan biaya kesehatan dan harga obat mahal.

Keempat, selain sektor kesehatan peluang krisis ini ada pada sektor pendidikan. Saya sebagai guru hampir tidak pernah mendapat hambatan dalam mengajar, menguji, dan praktek – terutama untuk jurusan ilmu-ilmu humaniora.

Kuncinya adalah mekanisme pendidikan normal baru secara daring. Tetapi pendidikan di kota dan Jakarta berbeda dengan pendidikan di desa dan luar jawa, yang macet karena tidak ada jaringan internet. Jaringan internet tidak ada karena pemerintah kurang daya pikir – padahal di sini peluang itu ada.

Kelima, revolusi tiang listrik. Seperti saya kritik di atas tadi dimana pertumbuhan sektor infokom lembek karena daya pikir kebijakan lemah dan lamban. Saya memberikan saran revolusi dari tiang listrik, yang dirancang murah.