Tunggu Dulu, Game of Thrones Itu Cerita Kekerasan dan Incest

Eramuslim.com – Ada benarnya pertanyaan banyak orang, Jokowi paham apa tidak konten “Game of Thrones”? Sudah pernah lihat atau belum?

Pertanyaan ini saya ulangi karena kalau Pak Jokowi sudah nonton serial itu, saya yakin sekali beliau tidak akan membawa-bawanya ke dalam pidato resmi. Tapi, nyatanya Pak Jokowi menggunakan Game of Thrones (Perebutan Tahta) sebagai ramuan utama pidatonya kerika membuka pertemuan tahunan IMF-WB (World Bank) di Nusa Dua, Bali, kemarin (12/10/2018).

Presiden Jokowi tampaknya memakai judul Perebutan Tahta untuk menyindir negara-negara besar yang hanya mau menang sendiri. Cukup bagus sindiran Jokowi. Khususnya prihal praktek ekonomi dan perdagangan. Mentang-mentang mereka kuat, negara-negara besar mau sesuka hati mereka saja. Setuju sekali dengan sindiran itu.

Tetapi, GoT itu tidak bisa dipahami dari judulnya saja. Tidak layak mengutip pengertian judulnya tok. Serial TV itu bukanlah sinetron biasa. Game of Thrones (GoT) penuh dengan plot kekerasan, “nudity” (busana minim), khususnya perempuan.

Bahkan ada kisah “incest”, yaitu hubungan seks kerabat kandung. Dalam hal ini, hubungan seks antara istri King Robert, Cercei Lannister, dan saudara kandungnya Jaime Lannister yang kemudian menghasilkan anak laki-laki, Joffrey. Robert tak tau bahwa Joffrey adalah buah hubungan seksual kakak-beradik.

Lalu ada adegan-adegan pesta pora yang tega menampilkan pria menyetubuhi wanita penggembira di tengah pesta itu. Si pria “mengerjai” wanita seperti layaknya binatang bersenggama. Kemudian ada pria lain yang menendang pria itu. Dia pun gantian ambil giliran.

Orang mungkin bisa memahami bahwa alur cerita GoT memang mengambil setting zaman primitif. Begitulah adanya pada waku itu. Barangkali, bagi produser dan penonton standar Barat, tidak apa-apa.

Tapi, menurut hemat saya, seri TV ini tidak layak untuk audiens Indonesia yang berpandu pada nilai-nilai reliji dan norma-norma adat. Dan sangat bermasalah jika film ini dijadikan rujukan dalam pidato seorang pemimpin negara seperti Presiden Jokowi. Konon pula pidato itu bisa juga ditonton oleh publik domestik.