AS 'Bungkam' Kebebasan Berbicara, Profesor dan Guru Tidak Boleh Sembarangan Kritik Bush

Para guru dan profesor di Negeri Paman Sam bakal menghadapi masa-masa yang sulit. Mereka tidak lagi bebas untuk menyuarakan pemikiran-pemikiran mereka dan melontarkan kritik terhadap kebijakan luar negeri pemerintahan Bush karena para Sherrif anti teror federal akan mengawasi dan para siswa boleh dibayar jika mau menyerahkan hasil rekaman pernyataan-pernyataan yang berbau anti Amerika, demikian laporan yang diturunkan surat kabar Inggris, Guardian edisi Selasa (4/4).

"Ada peraturan tertulis yang harus dipatuhi dan jika anda memilih untuk tidak mematuhinya, akan ada konsekuensinya. Artinya, anda harus sangat menyadari tentang akan yang akan anda katakan," kata Profesor Paul Gilroy, Kepala jurusan studi Afrika Amerika di Universitas Yale pada Guardian.

Hal itu dialami sendiri oleh Gilroy baru-baru ini, ketika ia melontarkan ketidaksetujuannya atas invasi AS ke Irak di perkuliahan tentang Perang Irak yang disponsori universitasnya. "Saya pikir rangkaian bom, yang mengandung uranium dibuat oleh standar ganda kaum imperialis yang mempertaruhkan lebih banyak lagi nyawa orang-orang Amerika," katanya.

"Perang didorong oleh keinginan melakukan aksi balas dendam atas serangan ke World Trade Center dan Pentagon…. sangat penting untuk berspekulasi tentang hubungan antara perang dengan kepentingan geopolitis Israel," sambungnya.

Kutipan pernyataan Gilroy dimuat dikirim ke Wall Street Journal yang kemudian menerbitkannya. Gilroy juga melihat pernyataannya di muat di situs Discoverthenetwork.org, sebuah situs yang dibuat untuk menampilkan para profesor yang dianggap ‘radikal.’

Sejumlah profesor yang dianggap radikal antara lain Stephen Watt, seorang dekan di Harvard’s Kennedy School of Government dan John Mearsheimer, pofesor ilmu politik dari Universitas Chicago. Belum lama ini keduanya dituding sebagai orang yang anti semit setelah mengkritisi dampak lobi-lobi Israel terhadap kebijakan luar negeri AS.

Anggota partai Republik, Andrew Jones belum lama ini membuat daftar orang-orang yang menurutnya beraliran kiri yang menentang kebijakan AS. Salah satu yang masuk daftar itu adalah Miguel Tinker-Salas, seorang profesor sejarah Amerika Latin yang sangat vokal mengkritik kebijakan AS.

Enam minggu setelah Jones memuat daftar "Dirty 30"nya itu di situsnya uclaprof.com, dua orang sheriff wilayah Los Angeles mendatangi kantor Tinker-Salas di Pamona College dan mulai menginterogasinya selama 25 menit. Salah satu pertanyaan yang diajukan pada Tinker-Salas adalah apakah ia telah dipengaruhi atau pernah mengontak pemerintah, konsulat atau kedutaan besar Venezuela.

Selain itu, kedua Sherrif itu juga menanyai mahasiswa Tinker-Salas tentang isi perkualiah yang pernah diberikannya di kelas dan memeriksa kartun-kartun di depan pintu ruang kerjanya. "Mereka menganggap komunitas Venezuela sebagai ancaman. Saya pikir mereka sedang memancing saya apakah saya punya informasi yang bisa mereka manfaatkan," kata Profesor Tinker-Salas.

Bayaran buat Mahasiswa yang Mau jadi ‘Mata-Mata’

Guardian menyebutkan, pada pertengahan Januari, asosiasi alumni Jones Bruin menawarkan bayaran sebesar 100 dollar bagi mahasiswa yang mau merekam semua perkataan para profesor yang beraliran kiri di Universitas California, Los Angeles. Salah satu profesor di universitas itu yang masuk dalam daftar paling atas Profesor Peter McLaren.

Awal tahun ini, seorang komentator program berita di stasiun televisi Fox, Sean Hannity mengajak para mahasiswa untuk merekam ‘propaganda kiri’ para profesor di kampusnya untuk disiarkan dalam acaranya.

Baru-baru ini, seorang guru ilmu sosial, Jay Bennish di Overland High School dipecat gara-gara seorang siswanya merekam pernyataannya yang mengkritik Presiden George W. Bush saat mengajar di kelas.

Pada saat itu ia mengomentari pidato Bush dengan mengatakan, " Adalah tugas kita sebagai orang Amerika untuk keluar melihat dunia dan membuat dunia menyukai kita."

"Kedengarannya seperti hal-hal yang selalu diungkapkan Adolf Hitler ‘bahwa kita satu-satunya yang berhak, orang lain dikesampingkan saja dan ini adalah tugas kita untuk menaklukan dunia, memastikan bahwa mereka semua hidup seperti apa yang kita inginkan.’ Saya tidak mengatakan bahwa Bush dan Hitler sama. Tentu saja mereka berbeda, ok? Tapi ada beberapa persamaan dalam irama mengerikan yang mereka gunakan," sambung Bennish.

Pernyataan Bennish itu direkam lewat perangkat MP3 oleh siswanya bernama Sean Allen,16, dan diserahkan pada ayahnya yang anggota partai Republik. Tak berapa kemudian, Bennish dipecat. Kasus ini memicu aksi unjuk rasa siswa sekolah menengah tempat Bennish mengajar. Beberapa siswa menutup mulutnya dengan lakban bertuliskan ‘Kebebasan berbicara, biarkan ia bicara’ dalam aksi protesnya.

Perburuan ‘Tukang Sihir’

Profesor sejaran Ellen DuBois mengibaratkan apa yang terjadi sebagai ‘Perburuan Tukang Sihir’ di kampus-kampus dan sekolah-sekolah. "Ini betul-betul undangan yang mengerikan bagi para siswa untuk berpartisipasi dalam perburuan terhadap para profesor mereka," katanya dalam wawancara dengan surat kabar Los Angeles Times baru-baru ini.

DuBois sendiri juga masuk dalam daftar ‘Dirty 30’ yang dibuat Andrew Jones. Jones menyebut DuBois sebagai akademisi wanita modern yang militan, tidak sabar dan sangat-sangat radikal.

Sementara itu Profesor McLaren meyakini bahwa AS kini sedang mengalami masa-masa fasis. "Ini adalah kampanye dengan intensitas rendah yang dilakukan di kala krisis. Ketika ada krisis lain di negeri ini, negeri ini menjadi negeria yang penuh histeria, pemerintah bisa memanfaatkan ini bahkan mempertaruhkannya. Saya pikir ini adalah kecenderungan yang mengarah pada fasisme," paparnya.

Para profesor dan guru di AS kini harus sangat berhati-hati dengan pernyataan-pernyataan yang dilontarkannya karena banyak kelompok ‘mata-mata’ yang mengawasi mereka. (ln/iol)