Drama Penyanderaan di Manila Berakhir, Semua Sandera Selamat

Setelah 10 jam, drama penyanderaan terhadap bis sekolah berisi 30 anak-anak dan dua guru berakhir. Penyandera membebaskan semua sandera dengan kondisi selamat, sekitar pukul 11.00 siang waktu setempat.

Jun Ducat, salah satu dari tiga penyandera bersedia membebaskan para siswa dan dua guru asalkan proses pembebasan itu disaksikan media massa. Setelah mengakhiri drama penyanderaan itu, Ducat menyampaikan permohonan maafnya pada masyarakat.

"Saya minta maaf pada masyarakat Parola. Saya melakukan ini, karena rasa cinta saya pada anda, " ujarnya melalui pengeras suara yang sudah dipasang di bis sebelum pembebasan dilakukan.

Sebelumnya, para penyandera menuntut pendidikan dan perumahan yang layak bagi anak-anak dan aparat kepolisian berusaha membebaskan para sandera yang sebagian besar anak-anak berusia lima tahun ke bawah, dengan melakukan negosiasi melalui telepon dan bertukar pesan yang ditulis di selembar kertas.

Jun Ducat salah seorang penyandera, ternyata seorang pemilik rumah singgah di Tondo, sebuah kawasan kumuh di pinggiran kota Manila. Selama penyanderaan berlangsung, ia meminta jaminan keselamatan bagi anak-anak yang disanderanya dan meminta polisi tidak menyerbu bis tersebut.

Ducat mengatakan, dirinya melakukan penyanderaan demi kepentingan anak-anak. "Saya bersama para orang tua anak-anak ini… Saya minta keadilan sehingga mereka bisa melanjutkan pendidikannya sampai kuliah, " tukas Ducat.

Para ibu yang anak-anaknya masih disandera, pada radio lokal meminta agar keselamatan anak-anak mereka menjadi prioritas.

"Kami meminta dia (Ducat) membebaskan anak-anak, biarkan anak-anak keluar. Kami akan memaafkan dia jika dia membebaskan anak-anak kami. Kami tidak akan membencinya. Dia adalah orang yang baik, " ujar Dema Arroyo, ibu dari Angelica, puterinya yang berusia 6 tahun dan masih disandera.

Senator Bong Revilla, yang berusaha melakukan negosiasi dengan penyadera, keluar dari bis itu setelah 45 menit. Ia membawa keluar seorang anak laki-laki yang mengalami demam selama penyanderaan berlangsung.

Revilla yang mengaku kenal dengan Ducat mengatakan, anak-anak lainnya dalam keadaan baik. Namun Ducat, dengan tangan gemetar memegang sebuah granat yang siap ditarik pemicunya.

Menteri Kesejahteraan Sosial Filipina Esperanza Cabral juga berusaha bernegosiasi dengan Ducat dan menjanjikan jaminan bahwa anak-anak akan mendapatkan pendidikan yang layak.(ln/aljz)