Generasi Muda Islam di Inggris, Lebih Militan Ketimbang Orang Tua Mereka

Dibandingkan generasi orang tua mereka, angkatan muda Muslim Inggris lebih kuat berpegang pada syariat Islam, tetap mempertahankan jilbab dan lebih mengutamakan sekolah-sekolah Islam.

Ini kesimpulan yang dihasilkan dari polling yang digelar sejumlah harian Inggris pada hari Senin (29/1). Polling itu diselenggarakan oleh sebuah lembaga yang bergerak dalam tukar menukar pikiran dan kerjasama dengan sejumlah lembaga lain.

Hasil polling tersebut menunjukkan bahwa jumlah kaum muda Muslim yang komitmen menjalani hidup secara syariat Islam, menyekolahkan anak mereka ke sekolah Islam, dan pertahanan mengenakan jilbab, lebih banyak dibanding orang-orang tua dan kakek nenek mereka.

Hasil yang dipaparkan melalui harian The Telegraph itu rinciannya sebagai berikut; sebanyak 86% responden menyatakan bahwa agama Islam adalah aspek yang sangat penting bagi mereka. Sementara 40% dari pemuda Islam yang usianya dalam rentang 16-24 tahun, menyatakan keinginannya yang tegas untuk menerapkan syariat Islam dan hanya 17% saja dari responden yang berusia 55 tahun, yang menyatakan hal tersebut.

Perbandingan itu juga menyimpulkan bahwa kaum muda Muslim di Inggris lebih ingin menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah Islam.

Polling itu melibatkan 1.003 responden kaum Muslimin Inggris. Sebanyak 3 orang dari 4 orang (75%) menyatakan, kaum Muslimah seharusnya tetap mengenakan jilbab. Sedangkan hanya 25% saja dari responden berusia di atas 55 tahun yang mengatakan keinginan tersebut.

Di sisi lain, ada 36% responden yang telah menyatakan pendapat mereka soal wajibnya hukuman bunuh atas seorang Muslim yang berpindah agama, sebagaimana disyariatkan dalam Islam. Sedangkan di kalangan orang-orang tua, hanya 19% saja yang mengatakannya.

Terkait dengan fenomena Islamofobia terhadap Islam, polling itu menyebutkan bahwa pemerintah Inggris dan sejumlah kelompok Islam, ikut membesar-besarkan masalah tersebut di samping menyebutkan juga bahwa kaum Muslimin dalam hal ini lebih merupakan “korban”. (na-str/iol)

Generasi Muda Islam di Inggris, Lebih Militan Ketimbang Orang Tua Mereka

Dibandingkan generasi orang tua mereka, angkatan muda Muslim Inggris lebih kuat berpegang pada syariat Islam, tetap mempertahankan jilbab dan lebih mengutamakan sekolah-sekolah Islam.

Ini kesimpulan yang dihasilkan dari polling yang digelar sejumlah harian Inggris pada hari Senin (29/1). Polling itu diselenggarakan oleh sebuah lembaga yang bergerak dalam tukar menukar pikiran dan kerjasama dengan sejumlah lembaga lain.

Hasil polling tersebut menunjukkan bahwa jumlah kaum muda Muslim yang komitmen menjalani hidup secara syariat Islam, menyekolahkan anak mereka ke sekolah Islam, dan pertahanan mengenakan jilbab, lebih banyak dibanding orang-orang tua dan kakek nenek mereka.

Hasil yang dipaparkan melalui harian The Telegraph itu rinciannya sebagai berikut; sebanyak 86% responden menyatakan bahwa agama Islam adalah aspek yang sangat penting bagi mereka. Sementara 40% dari pemuda Islam yang usianya dalam rentang 16-24 tahun, menyatakan keinginannya yang tegas untuk menerapkan syariat Islam dan hanya 17% saja dari responden yang berusia 55 tahun, yang menyatakan hal tersebut.

Perbandingan itu juga menyimpulkan bahwa kaum muda Muslim di Inggris lebih ingin menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah Islam.

Polling itu melibatkan 1.003 responden kaum Muslimin Inggris. Sebanyak 3 orang dari 4 orang (75%) menyatakan, kaum Muslimah seharusnya tetap mengenakan jilbab. Sedangkan hanya 25% saja dari responden berusia di atas 55 tahun yang mengatakan keinginan tersebut.

Di sisi lain, ada 36% responden yang telah menyatakan pendapat mereka soal wajibnya hukuman bunuh atas seorang Muslim yang berpindah agama, sebagaimana disyariatkan dalam Islam. Sedangkan di kalangan orang-orang tua, hanya 19% saja yang mengatakannya.

Terkait dengan fenomena Islamofobia terhadap Islam, polling itu menyebutkan bahwa pemerintah Inggris dan sejumlah kelompok Islam, ikut membesar-besarkan masalah tersebut di samping menyebutkan juga bahwa kaum Muslimin dalam hal ini lebih merupakan “korban”. (na-str/iol)