Harapan dan Doa YangTak Pernah Putus, Membuat Warga Ghaza Bertahan

Lebih dari satu setengah juta warga Ghaza mencoba bertahan dan menyesuaikan diri hidup tanpa listrik dan makin menipisnya kebutuhan sehari-hari seperti air bersih dan makanan. Banyak di antara warga Ghaza hari Senin kemarin berpuasa. Namun himpitan dan penderitaan yang mereka alami, tidak menggoyahkan keimanan dan keyakinan mereka bahwa Allah swt akan selalu melindungi dan mengulurkan tanganNya.

Tak ada lagi yang bisa dilakukan warga Ghaza menghadapi kekejaman dan blokade ekonomi tanpa ampun yang dilakukan rejim Zionis Israel yang sudah berlangsung selama empat hari ini. Hanya harapan yang kini tersisa di hati mereka dan doa yang senantiasa dipanjatkan.

"Ya, Allah yang Maha Besar, kami sudah tidak mampu lagi berkata-kata dan nafas kami terasa sesak untuk mengungkapkan semua kepedihan ini. Namun Engkau yang Maha Tahu penderitaan kami ini, " doa Umi Muhammad sambil meneteskan air mata.

Dengan lilin di tangan kanan dan tangan kiri memegang spanduk, Abu Ahmad, 65, menggumamkan harapannya, "Allah-lah penolong kami. Saya yakin Allah tidak akan membiarkan kami bersedih menghadapi situasi yang berat ini."

Spanduk bertuliskan "Cabut blokade pembunuh ini" yang dipegang Abu Ahmad seolah cuma tulisan tanpa arti, padahal itulah jeritan hati warga Ghaza. Antrian di toko-toko roti terlihat selama tiga hari ini di Ghaza. Pabrik-pabrik dan tempat pengisian bahan bakar sudah tidak beroperasi lagi, sejak rejim Zionis memperketat blokade jumat pekan kemarin, dengan menutup semua perbatasan di Ghaza, sehingga pasokan bahan bakar, makanan bahkan bantuan kemanusiaan tidak bisa mengalir ke Ghaza.

Yang memprihatinkan, dunia internasional, utamanya negara-negara Barat yang selama ini sibuk mendamaikan Israel-Palestina diam melihat kekejaman rejim Zionis Israel yang bukan hanya membuat warga Ghaza kelaparan, kegelapan, kekurangan obat-obatan, bahkan membantai warga Ghaza yang sudah tak berdaya.

"Tak ada seorang pun yang mengulurkan bantuan, air mata dan tangisa kami tak membuat hari mereka tergerak, " ujar Abu Ahmad prihatin.

Sejak Senin kemarin, banyak warga Ghaza yang memilih berpuasa menghadapi kesulitan mereka. Begitupula para tahanan warga Palestina di penjara-penjara Israel, sebagai bentuk solidaritas mereka pada warga Ghaza. Dalam pernyataan bersama mereka mengatakan, "Hati kami hancur, kami tak berdaya untuk membantu mereka."

Untuk tetap membangkitkan semangat dan menguatkan hati warga Ghaza, seruan agar warga Ghaza tetap tabah disiarkan lewat radio-radio dan mikrofon.

Di malam hari, warga Ghaza yang menghabiskan malamnya di masjid-masjid, berdoa agar Allah swt segera mengakhiri penderitaan mereka, melindungi para janda-janda tua, anak-anak dan para pasien yang kini dalam kondisi sekarat akibat blokade rejim Zionis.

Seorang imam masjid di Ghaza tidak bisa menahan emosinya dan melontarkan kemarahannya pada dunia. "Apakah Anda tuli? Tidakkah kalian mendengar suara tangis para ibu dan anak-anak? Tidakkah mereka mendengar tangisan para tahanan dan mereka yang tertindas?" tandas Syaikh Waed al-Zordi, imam masjid Al-Omari di Ghaza.

Semoga Allah swt senantiasa memberikan kekuatan dan melimpahkan kasih sayangNya pada saudara-saudara kita di Ghaza, serta membalas semua kesabaran mereka. (ln/iol)