Lewat Dialog, Muslim Jerman Setujui Pementasan Opera Idomeneo yang Kontroversial

Perwakilan warga Muslim di Jerman akhirnya setuju pementasan sebuah opera yang mempertunjukkan kepala Nabi Muhammad saw dan Yesus dalam kondisi terpenggal. Kesetujuan itu tercapai setelah pemerintah Jerman dan perwakilan warga Muslim melakukan dialog, Rabu (27/9).

Setelah pertemuan, pejabat pemerintah dan pemuka Muslim di Jerman, mengeluarkan seruan bersama agar masyarakat mendukung pementasan opera yang ditunda karena takut menyinggung umat Islam.

Dalam keterangan pers bersama itu, Menteri Dalam Negeri Jerman Wolfgang Schaeuble menyampaikan harapannya, opera bisa dipentaskan secepat mungkin. Ia mengatakan, setelah melakukan dialog, 30 politisi dan perwakilan komunitas Muslim sudah setuju pementasan opera itu dilanjutkan atas nama kebebasan berkesenian dan toleransi.

"Kami ingin menyampaikan sebuah pesan dengan mengatakan bahwa kami ingin memikirkannya bersama-sama. Saya pikir ini adalah cara terbaik untuk mengakhiri perdebatan yang bukan hanya kepentingan satu orang saja, khususnya masyarakat Muslim di Jerman," ujar Schaeuble.

Sebelumnya, Schaeuble menyebut penundaan pementasan opera itu sebagai hal yang ‘gila’. Pihak yang akan mementaskan opera itu, Deutsche Oper di Berlin menyatakan menunda jadwal pementasan pada bulan November mendatang, setelah mendapat peringatan dari aparat kepolisian bahwa opera tersebut bisa menimbulkan reaksi keras dari warga Muslim.

Setelah pertemuan dan kesepakatan tercapai dengan perwakilan warga Muslim, Schaeuble berharap, keberhasilan dialog itu akan menandai upaya dialog yang sudah dilakukan selama dua tahun belakangan ini dengan umat Islam di Jerman yang jumlahnya mencapai 3,2 juta jiwa.

Sekjen European Integration Center di Berlin, Badar Muhammad menyatakan bahwa dialog kemarian merupakan ‘terobosan bersenjarah’. "Pemerintah sudah menyampaikan sebuah pesan dan mengulurkan tangannya, sekarang terserah pada warga Muslim untuk menanggapinya," ujar Muhammad.

Hal serupa diungkapkan Bekir Al-Boga dari Turkish Islamic Union (Ditib). Ia mengatakan, pertemuan kemarin sudah memenuhi aspirasi warga minoritas Muslim. "Inilah saatnya untuk mengakui keberadaan warga Muslim di Jerman," katanya.

Pro Kontra di Kalangan Pemuka Islam

Opera yang menimbulkan perdebatan itu berjudul ‘Idomeneno’. Opera ini menceritakan tentang tragedi berdarah pada tahun 1781 yang Idomeneo seorang raja wilayah Kreta di zaman kerajaan Yunani Kuno. Dalam tragedi itu diceritakan bahwa sang raja meletakkan penggalan kepala Nabi Muhammad, Yesus, Poseidon dan Budha di empat kursi yang berbeda.

Isi cerita opera itu terkait dengan tuntutan berkorban yang diminta oleh para dewa, tanpa menyebutkan kaitannya dengan agama-agama apapun. Namun, amanademen yang dilakukan sutradara Hans Neuenfels, menimbulkan reaksi keras dari para penontonnya ketika pertama kali kisah ini dipentaskan pada bulan Desember 2003.

Kritikus di Jerman saat itu menilai opera tersebut sebagai perang antar agama dan serangan radikal tehadap agama.

Sebelum dilakukan pertemuan antara pemerintah Jerman dan perwakilan warga Muslim Rabu kemarin, terjadi pro kontra antara pemuka Islam di Jerman soal penundaan pementasan kembali opera tersebut.

Pemuka komunitas Muslim Turki, Kenan Kolat mengatakan, ia memahami kemarahan sebagian umat Islam, tapi menurut Kolat, warga Muslim harus menerima kebebasan seni di masyarakat yang demokratis. "Seni harus bebas," katanya.

Namun Ketua Dewan Islam, Ali Kizilkaya tidak setuju pendapat itu. Menurutnya pementasan itu tidak bisa diterima dan sangat menyinggung warga Muslim Jerman. "Sebuah opera atau karikatur, tidak ada bedanya," kata Kizilkaya mengingatkan kembali kasus karikatur Nabi Muhammad saw oleh suratkabar Denmark.

Di Jerman sudah pernah terjadi pembatalan beberapa event kesenian karena dianggap melecehkan agama. Festival Berlin pernah menolak kelompok band Oomph, karena sebuah lagunya yang melecehkan Tuhan.

Pengadilan Jerman bahkan pernah menjatuhkan sangsi satu tahun penjara pada seorang pengusaha yang mencetak kata ‘Qur’an’ di kertas tissue toilet dan menawarkannya ke masjid-masjid. Tindakan itu dianggap melecehkan Islam. (ln/iol)