Liga Arab Tawarkan Mediasi untuk Akhiri Krisis di Libanon

Liga Arab lewat utusannya Mustafa Usman Ismail menawarkan solusi bagi penyelesaian pertikaian antara pemerintah Libanon dengan kelompok oposisi yang dimotori Hizbullah.

Tawaran itu dibahas dalam pertemuan antara Usman Ismail dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad di Damaskus dan PM Libanon Fuad Siniora di Beirut. Baik al-Assad maupun Siniora menyatakan mendukung rencana yang ditawarkan Liga Arab itu, meski sejauh ini belum jelas kesepakatan apa yang akan dilakukan.

"Saya menerima konfirmasi dari Suriah bahwa mereka mendukung…. konsensus Libanon dan mendukung upaya yang kami lakukan," kata Ismail.

Tawaran Liga Arab itu terkait dengan krisis di Libanon, termasuk rencana pembentukan nasional bersatu di Libanon, permintaan kelompok oposisi akan hak veto, percepatan pemilu dan kesepakatan atas pelaksanaan pengadilan internasional terhadap para tersangka pelaku pembunuhan Rafiq Hariri, mantan PM Libanon.

Dukungan Suriah dinilai sangat penting bagi kemungkinan adanya kompromi di Libanon. Karena, meski Suriah sudah menarik pasukannya dari Libanon 18 bulan lalu, Damaskus masih punya pengaruh bagi sejumlah kelompok di Libanon, utamanya kelompok Hizbullah.

Siniora yang semula menolak tuntutan kelompok oposisi dan menuding Hizbullah ingin menjadikan Libanon di bawah bayang-bayang Suriah dan Iran, menyambut usulan yang diajukan Liga Arab.

Dua hal signifikan yang termaktub dalam proposal yang diajukan Liga Arab antara lain terkait dengan hak veto dan perombakan kabinet di Libanon.

Liga Arab mengusulkan agar jumlah menteri ditambah menjadi 30 orang. Dua pertiganya berasal dari kelompok mayoritas di parlemen dan sepertiganya mewakili kalangan oposisi.

Disisi lain, pembagian sepertiga bagi kelompok minoritas inilah yang sebenarnya dipersoalkan kelompok oposisi. Mereka menginginkan pembagian sepertiga "ditambah satu" agar mereka memiliki kekuatan hak veto di parlemen.

Sikap Hizbullah

Belum diketahui apakah pihak Hizbullah yang menjadi motor penggerak kelompok oposisi setuju dengan inisiatif Liga Arab itu, meskipun Sekjennya Hassan Nasrallah menyatakan "terbuka dengan rencana tersebut dan mau berdialog atas semua inisiatif yang positif."

Para pejabat Hizbullah menegaskan bahwa mereka tidak haus kekuasaan dan tidak sedang berusaha memaksimalkan kekuasaan mereka dengan memanfaatkan kemenangan mereka melawan Israel. Para pejabat Hizbullah juga menyatakan siap untuk memberikan kursi yang akan diberikan, pada sekutu-sekutu mereka termasuk pada Michel Aoun, pemimpin Partai Free Patriotic Movement.

Sementara itu, editor bidang politik majalah Hizbullah, Ibrahim Moussawi mengatakan, kelompok Hizbullah tidak mempermasalahkan soal wacana mahkamah internasional, tapi rencana itu, menurut Moussawi akan menimbulkan implikasi yang penting bagi Libanon.

"Mereka ingin memastikan bahwa mandat atas pengadilan ini tidak melebar ke wilayah lain, yang akan menimbulkan resiko bagi kedaulatan negeri ini," kata Moussawi.

Utusan Liga Arab Usman Ismail akan melakukan pendekatan diplomatik secara intensif dengan pihak-pihak terkait sambil menunggu kedatangan Sekjen Liga Arab, Amr Mussa. Ismail dan Amr Mussa akan berusaha menjadi mediator antara dua kubu yang saling bertentangan di Libanon.

Dikhawatirkan aksi massa di Libanon yang digerakkan Hizbullah akan makin meluas, jika mediasi yang dilakukan Liga Arab gagal. (ln/aljz)