Negara-negara Muslim Terbelah Dalam Menyikapi Muslim Uighur

Tokoh-tokoh politik, tokoh agama, dan para ilmuwan independen Indonesia termasuk yang mendapat kesempatan untuk mengunjungi Xinjiang. Sampai saat ini, komentar mereka beragam. Meskipun pada umumnya puas, akan tetapi masih menyisakan ganjalan, khususnya terkait dengan kebebasan menjalankan ibadah dan masalah identitas budaya mereka yang sangat diwarnai oleh nilai-nilai Islam.

clash with soldiers…epa01785609 Hundreds of protestors belonging to the Chinese Uyghur Moslem miniority clash with soldiers in Urumqi, China, 07 July 2009. Authoroties said at least 140 people were killed and over 800 injured when Muslim Uighurs rioted in its restive Xinjiang region in some of the deadliest ethnic unrest to have hit the country for decades. The violence in the regional capital Urumqi on July 5 involved thousands of people, and triggered an enormous security crackdown across Xinjiang where tensions have long simmered amid Uighur claims of repressive Chinese rule. EPA/OLIVER WEIKEN

Pemerintah di Beijing tentu mencatat semua komentar dan kritik yang diberikan, baik yang disampaikan langsung saat kunjungan, maupun kritik yang disampaikan ke media massa di tanah air setelah kembali. Semua komentar dan kritik ini seyogyanya dipandang dengan kaca mata positif, lalu digunakan untuk perbaikan ke depan.

Pemerintah Indonesia khususnya perwakilannya yang berada di PBB, memang harus berhati-hati, mengingat setiap negara tentu mempertimbangkan kepentingan politik dan ekonominya dalam menyikapi masalah ini, disamping mempertimbangkan aspirasi masyarakatnya di dalam negri. Jika keliru bukan saja kita akan terperangkap terhadap kepentingan negara lain, akan tetapi bisa menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan dari masyarakat kita sendiri. (rmol)

Oleh Dr. Muhammad Najib