Pasukan Mahkamah Islam Mundur dari Mogadishu, Gelombang Pengungsi Muslim Mengalir

Ribuan Muslim Somalia mengungsi secara bergelombang mencari tempat aman. Mereka diterkam ketakutan akibat pecahnya peperangan yang terjadi antara milisi Mahkamah Islam dan Pasukan Ethiopia yang mendukung pemerintahan transisi Somalia.

Dalam konterensi pers (1/1), PM Somalia Muhammad Ali Jaidi menghimbau masyarakat internasional untuk segera campur tangan mengatasi kemungkinan perang besar di Somalia. Ia menjelaskan dunia harus segera mengulurkan tangan untuk membantu para korban perang dan banjir yang belakangan dialami rakyat Somalia. “Kondisi para pengungsi sangat memprihatinkan dan sangat membutuhkan pertolongan,” ujarnya.

Kota Ksamayo yang berjarak sekitar 300 km selatan Mogadishu, beserta sejumlah lokasi yang berdekatan dengannya, beberapa waktu sebelum ini menyaksikan gelombang besar pengungsi Somalia akibat peperangan sengit yang pecah di kota tersebut, sebelum akhirnya pasukan pemerintah Somalia mundur di hari Ahad (31/12).

Kota Jailib yang terletak di sisi utara pelabuhan udara Ksambayo juga menyaksikan gelombang besar pengungsi. Pada saat yang sama pasukan Ethiopia dan pasukan pemerintah transisi Somalia mulai merangsek ke arah Ksambayo, yang dianggap sebagai benteng terakhir pasukan Mahkamah Islam. Seorang relawan lokal mengatakan kepada Reuters, “Sepertiga penduduk di sini sudah keluar dari kota. Bisa saya katakan jumlah mereka sekitar 4.700-an orang yang lari ke sana ke mari. Mereka hanya membawa barang-barang yang mereka miliki seperti makanan, air dan tikar.”

Seorang relawan lainnya mengatakan, “Tak kurang dari 10 ribu orang, kebanyakan wanita, anak-anak dan orang tua, mengarah ke wilayah Pont land, sisi utara Somalia, atau arah perbatasan dengan Kenya.” Menurut anggota milisi Mahkamah Islam, para penduduk berhamburan keluar kota setelah pasukan Mahkamah Islam menarik mundur pasukannya dari wilayah mereka.

Tentang kondisi kemanusiaan di Somalia, ia menyebutkan bahwa para pengungsi kini dalam kondisi sangat memprihatinkan. Mereka pergi tanpa membawa makanan cukup, apalagi sebagian besar mereka mengalami sakit setelah banjir beberapa bulan.

Pasukan Mahkamah Islam telah menyatakan mundur dari Mogadishu sejak hari Kamis (28/12) untuk menghindari korban sipil akibat pemboman. Menurut Syaikh Syarif Ahmad Kepala Dewan Eksekutif Mahkamah Islam, “Kami tidak meninggalkan ibukota untuk kekacauan. Kami meninggalkannya untuk menghindari pembombardiran yang memakan korban sipil. Pasukan Ethiopia melakukan pembantaian massal terhadap rakyat Somalia. (na-str/iol)