Perang AS Lawan Terorisme, Teror Nyata bagi Rakyat Irak dan Afghanistan

Sejak peristiwa 11 September, perang melawan terorisme yang dipelopori AS telah menyebabkan hilangnya ratusan ribu nyawa manusia di Irak dan Afghanistan dan ratusan ribu orang di kedua negeri itu menjadi pengungsi. Sementara dana yang dikeluarkan AS untuk perang tersebut, jumlahnya diperkirakan setara dengan dana yang dibutuhkan untuk membayar hutang negara-negara paling miskin di seluruh dunia.

Hal tersebut terungkap dari hasil survei yang dilakukan surat kabar terbitan Inggris The Independent yang dirilis Minggu (10/9). Survey itu dilakukan dalam rangka lima tahun tragedi 11 September. Dalam melakukan surveinya, harian tersebut menggunakan data-data terbaru dan belum pernah dipublikasikan yang diberikan oleh pada akademisi seperti Profesor Marc Gerold dari University of New Hampshire dan sejumlah organisasi seperti organisasi Iraq Body Count, serta beberapa hasil penelitian resmi.

Suvei ini merupakan upaya yang baru pertama kali dilakukan untuk mengukur berapa biaya berupa ‘darah manusia ‘ dan uang yang telah dikeluarkan untuk keperluan konflik militer dan kekejaman yang dilakukan AS pascaSeptember 2001.

Laporan hasil survei itu menyebutkan, kampanye perang melawan terorisme yang dikomandoi AS, pascaperistiwa kelabu itu juga menimbulkan dampak yang sangat luar biasa yang menelan banyak korban jiwa, mulai dari New York sampai Bali, mulai dari London sampai Lahore dan serta terus bertambahnya korban jiwa di Irak dan Afghanistan.

Terkait dengan korban tewas, Iraq Body Count, organisasi yang beranggotakan para akademisi dari Inggris dan AS mengatakan, sampai hari minggu kemarin, jumlah korban tewas di Irak sudah melewati angka 50 ribu orang. Namun angka tersebut masih diragukan, karena organisasi tersebut mencatat jumlah kematian hanya berdasarkan pada jika kematian yang bersangkutan dilaporkan oleh dua media yang dianggap independen. Tak heran jika kementerian kesehatan Irak mengatakan bahwa jumlah korban tewas di Irak sejak invasi AS ke negeri itu sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan yang dicatat Iraq Body Count.

The Independent menulis, jika perkiraan lain seperti jumlah korban tewas di pihak pejuang dan anggota militer Irak serta mereka yang sekarat akibat luka-luka ikut dihitung, jumlah yang tewas di Irak saja dipekirakan mencapai 180 ribu orang.

Jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah, melihat buruknya kondisi kesehatan di Irak saat ini. Pada bulan Maret 2006, organisasi Medact melaporkan, bahwa sejak 2003 sekitar 18 ribu doketr meninggalkan Irak, sekitar 250 orang dokter yang memilih tetap tinggal di Irak diculik dan pada tahun 2005 saja ada 65 dokter yang dibunuh.

Medact juga melaporkan, penyakit-penyaki yang sebenarnya mudah ditangani seperti diare dan penyakit gangguan pernapasan telah menewaskan hampir 70 persen anak-anak di Irak. Janji AS untuk membangun sekitar 180 klinik kesehatan di Irak sampai akhir tahun 2005, juga tidak dipenuhi. Hanya empat klinik yang diselesaikan dan tak satupun yang sudah dibuka.

Pada bulan Mei, survei yang dilakukan oleh pemerintah Irak dan Unicef melaporkan, bahwa seperempat dari total jumlah anak-anak di Irak, mengalami kekurangan gizi.

Sementara untuk korban sipil di Afghanistan, menurut The Independent data Profesor Marc Herold menjadi data yang paling bisa dipercaya kebenarannya. Herold menyatakan, korban tewas di Aghanistan jumlahnya antara 8 ribu sampai 20 ribu orang. Perkiraan ini termasuk mereka yang tewas akibat luka-luka dan tewas di kamp-kamp pengungsi.

Sedangkan jumlah pengungsi, surat kabar The Independent mengutip laporan Komite Pengungsi dan Imigran AS yang dirilis pada bulan Juli kemarin. Menurut lembaga itu, jumlah pengungsi di Afghanistan mencapai 153.200 orang, yang mengungsi ke wilayah lain tapi masih dalam wilayah Aghanistan. Dan mereka yang mengungsi keluar negeri jumlahnya sekitar 2,2 juta orang.

Sementara di Irak, jumlah warga yang mengungsi tapi masih dalam wilayah Irak jumlahnya sekitar 888.700 orang dan yang keluar negeri sekitar 1,3 juta orang. Selain itu, dipekirakan, 40 persen warga kelas menengah di Irak, juga sudah meninggalkan Irak.

Bagaimana dengan uang yang sudah digunakan untuk membiayai perang melawan terorisme yang dipelopori AS? Pada bulan Juli, Kongres AS dilaporkan telah menyetujui dana sebesar 437 milyar dollar untuk mendanai apa yang disebut AS perang melawan terorisme.

Jumlah itu lebih besar dari yang dibutuhkan AS pada masa perang Korea dan Vietnam dan bandingkan dengan dana yang dibutuhkan untuk membayar hutang negara-negara paling miskin di seluruh dunia, yang menurut Make Poverty History besarnya hanya 375 milyar dollar.

Sedangkan pemerintah Inggris sudah menghabiskan dana sebesar 4,5 milyar poundsterling untuk membiyai perang di Irak dan Afghanistan. (ln/TheIndependent/bbc-pict)