Polisi Kanada Tangkap Tersangka Teroris, Masjid di Toronto Diserang

Sekelompok orang merusak sebuah masjid di Toronto, Kanada Minggu (4/6) malam. Para penyerang itu memecahkan kaca jendela masjid dan merusak kendaraan-kenadaraan yang berada di dekatnya.

Peristiwa ini terjadi setelah aparat kepolisian Kanada menangkap 17 orang yang diduga sebagai simpatisan Al-Qaidah, yang sedang merencanakan aksi serangan bom. Namun seorang petugas polisi mengatakan, ia tidak punya informasi adanya hubungan antara peristiwa serangan ke masjid tersebut dengan penangkapan yang dilakukan pada Jumat (2/6) malam.

Aksi serangan ke masjid di Toronto menimbulkan ketakutan di kalangan warga Muslim Kanada. Kepala polisi Toronto, Bill Blair dalam pertemuan dengan para pemuka Islam di wilayah itu mengatakan, bukan tidak mungkin aksi perusakan tersebut bermotifkan kebencian.

"Kebencian dalam bentuk apapun, dan pengungkapannya dengan cara kekerasan dan merusak tidak akan ditoleransi di masyarakat kita," kata Blair.

Presiden Islamic Foundation of Toronto, Muhammad Alam menyatakan, aksi vandalisme bisa jadi awal dari tindakan balas dendam berlatar belakang agama terhadap warga Muslim di Kanada yang jumlahnya saat ini diperkirakan lebih dari 600.000 orang.

Terkait dengan penangkapan belasan orang yang diduga simpatisan Al-Qaidah, Alam menegaskan, dirinya mendukung upaya pemerintah Kanada memerangi terorisme tapi sejauh ini, belum ada bukti kuat terhadap dugaan rencana aksi serangan bom seperti kabar yang sudah terlanjur menyebar di Kanada.

"Seperti semua orang tahu, sejauh ini itu baru dugaan. Bagi kami, bukan masalah agama apa yang mereka anut-kalau mereka teroris, maka mereka teroris dan harus dihukum sesuai hukum yang berlaku," ujar Alam.

Kronologi Penangkapan

Pada hari Sabtu (3/6) Royal Canadian Mounted Police (RCMP) menggelar konferensi pers dan mengumumkan bahwa pihaknya bersama Integrated National Security Enforcement Team (INSET) berhasil menangkap 17 orang atas tuduhan terorisme pada Jumat malam.

"Kelompok ini memiliki tiga ton amonium nitrat dan komponen penting lainnya untuk membuat bahan peledak," kata Asisten Komisaris RCMP, Mike McDonnel.

Pada kesempatan itu McDonnel memberi ilustrasi betapa berbahayanya bahan-bahan peledak yang jumlahnya sangat besar itu. "Peristiwa pengeboman Gedung Murrah Federal di Oklahoma City pada tahun 1995 yang menewaskan 168 orang menggunakan satu ton amonium nitrat," kata McDonnel memberi gambaran.

Ketujuh belas orang yang ditanggap itu terdiri dari 12 orang dewasa berusia antara 19 sampai 43 tahun dan lima orang yang usianya masih remaja. Dari 12 orang dewasa, 6 di antaranya berasal dari Missisauga, wilayah di luar Toronto, 4 orang dari Toronto dan 2 orang asal Kingston di bagian timur Toronto. Sebagian besar adalah warga negara Kanada dan sebagian lagi dalam status menetap di negara itu.

"Mereka berasal dari berbagai strata di masyarakat kita. Beberapa di antaranya mahasiswa, pekerja dan sebagian lagi pengangguran," tambah McDonnel.

Dalam keterangan persnya, RCMP memperlihatkan bahan-bahan pembuat bom yang mereka sita termasuk sebuah telepon selular yang diduga akan digunakan sebagai detonator. Barang bukti lainnya yang disita adalah sebuah hard-drive computer, seragam untuk menyamar, senter dan walki-talki.

Ketujuh belas orang yang ditangkap itu dikenai tuduhan mendukung aktivitas terorisme, ikut pelatihan dan perekrutan; memiliki senjata dan bahan peledak; dan menyediakan dana dan perlengkapan untuk tujuan terorisme.

Sebelum penangkapan, aparat intelejen Kanada berulangkali mengingatkan bahwa negara itu bisa menjadi target serangan terorisme menyusul pernyataan sejumlah pemimpin al-Qaidah yang dalam berbagai kesempatan yang menyebut Kanada sebagai salah satu dari enam negara yang mungkin akan menghadapi serangan mereka.

Proses Hukum yang Adil



Meski agak khawatir menyusul serangan terhadap sebuah masjid di Toronto, sebagian warga Muslim mengaku lega aparat kepolisian Kanada berhasil mencegah upaya serangan aksi terorisme, khususnya di provinsi Ontario. Mereka juga berharap aparat berwenang melakukan proses hukum yang adil terhadap para tersangka.

"Kanada adalah rumah kami dan kami sangat peduli dengan keselamatan negara kami," kata Karl Nickner, direktur eksekutif Council on American-Islamic Relation Canada (CAIR-CAN) dalam pernyataannya pada situs Islamonline.

Organisasi itu memuji upaya aparat keamanan untuk memerangi terorisme dan tindak kriminal lainnya dan menghimbau warga Muslim di Kanada untuk bekerjasama dengan pihak keamanan untuk memberantas terorisme.

"Sebagai warga Muslim Kanada, kami juga mengecam terorisme dengan segala bentuknya," tegas Nickner.

"Kami mendukung aparat keamanan dan pemerintah Kanada yang ingin melindungi Kanada. Kami juga yakin bahwa sistem keadilan kita akan bersikap transparan terkait dengan proses dan prinsip praduga tak bersalah," sambungnya mengomentari penangkapan 17 orang yang diduga merencanakan serangan teroris oleh polisi Kanada pada Jumat (2/6).

Aparat intelejen Kanada, Canadian Security Intelligence Service (CSIS) mengatakan, operasi yang mereka lakukan tidak akan menargetkan komunitas masyarakat tertentu saja.

"Sangat penting dicatat bahwa operasi ini bukan merefleksikan secara negatif kelompok masyarakat tertentu atau kelompok-kelompok etnis tertentu yang ada di Kanada," ujar Luc Portelance, asisten direktur CSIS.

"Terorisme merupakan ideologi yang berbahaya dan sebuah fenomena global. Terkait dengan penangkapan kemarin, Kanada bukan negara yang imun terhadap ideologi ini," sambung Portelance.

Petugas polisi dari Royal Canadian Mounted Police, Sersan Michele Paradis menambahkan, sampai saat ini aparatnya belum merencanakan operasi penangkapan lain, namun pihaknya memiliki banyak bukti-bukti yang harus dianalisa.

Selama satu dekade ini, menurut sensus pemerintah, jumlah warga Muslim di Kanada meningkat tajam. Menurut CIA world fact book, jumlah warga Muslim meliputi 1,9 persen dari 32,8 juta penduduk negara itu dan Islam menjadi agama pertama terbesar di antara agama-agama non Kristen yang dianut penduduk Kanada. (ln/aljz/iol)