Qaradhawi: Kita Boleh Berbeda Partai dan Golongan, Tapi Kita Adalah Muslim

Sebuah pertemuan bersahaja tapi penting, semalam (9/1) digelar di rumah dinas Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Disebut bersahaja, karena proses pertemuan ini memang melalui undangan resmi melainkan hanya melalui telepon dan sms. Juga, karena mendadak para undangan pun hadir dengan kostum apa adanya sepulang tugas di tempat masing-masing. Tapi sebenarnya pertemuan itu sangat penting dan strategis, karena menghadirkan seorang ulama internasional, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi yang sejak kemarin menginjakkan kakinya di Indonesia. Pertemuan itu juga penting karena dihadiri oleh tokoh-tokoh lintas partai dan organisasi.

Termasuk tokoh Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN). Hadir juga Menteri Pertanian serta Menteri Pemuda dan Olahraga, tokoh ekonom Islam Syafii Antonio, dan tokoh-tokoh lainnya.

Dalam ceramahnya, Qaradhawi menyampaikan rasa syukur atas kehadirannya di Indonesia dan bertemu dengan para wakil dari beragam kelompok Islam di Indonesia. “Tidak mengapa kita berbeda kelompok, berbeda partai, berbeda organisasi, tapi kita semua harus menyadari bahwa kita adalah Muslim, ” begitu pesan awal yang disampaikan ketua Ulama Islam Internasional tersebut.

Qaradhawi menguraikan, bahwa Indonesia telah menjawab dan membantah tudingan dusta orang-orang yang mengatakan bahwa Islam disebarkan dengan pedang. Menurutnya, Islam datang ke Indonesia bukan dengan pedang, bukan dengan tentara, bukan dengan senjata, bahkan bukan dengan kehadiran pada da’I. “Islam datang ke Indonesia melalui jalur para pedagang yang datang dari Gujarat. Mereka orang biasa. Bukan da’i, apalagi tentara, ” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Qaradhawi menyampaikan pesannya kepada kaum Muslim Indonesia untuk berpegang kuat pada kesatuan Islam yang telah mengikatnya. Ia menguraikan bagaimana kondisi umat Islam pada saat ini tengah melewati fase ujian dan tekanan yang luar biasa beratnya, melebihi tekanan yang pernah dialami kaum Muslimin dalam sejarah sebelum ini.

Kita, kata Qaradhawi, pernah mengalami fase upaya penjajahan ratusan tahun oleh berbagai kekuatan di dunia ini dan memakan korban meninggal dari kaum Muslimin jutaan orang. Termasuk 9 kali perang salib yang kemudian dimenangkan oleh Imaduddin Zanki dan Shalahuddin Al-Ayyubi, termasuk pula perang Tatar yang menaklukkan Baghdad. “Meski ada dalam sejarah yang mengungkap ratusan ribu Muslim yang meninggal pada zaman itu, tapi ada pula sejarah yang mengatakan bahwa ada dua juta Muslim yang meninggal ketika itu, ” katanya. Ia melanjutkan, “Mereka mati bukan karena bom yang dijatuhkan dan mengenai banyak orang, tapi mereka meninggal karena perang tradisional menggunakan senjata yang langsung mengenai mereka satu persatu.”

Bagi Qaradhawi, keberadaan pihak yang menentang atau membenci Islam adalah sebuah sunnatullah yang tak mungkin dirubah. “Allah menciptakan Muhammad dan Allah menciptakan Abu Jahal, Allah menciptakan Adam dan Allah menciptakan syaitan, Allah menciptakan orang beriman dan Allah menciptakan orang kafir. Jadi perseteruan ini memang akan selalu ada dan merupakan sunnatullah, ” ujarnya.

Tapi pada zaman ini, sesungguhnya fitnah dan gempuran terhadap Umat Islam sangat berat. Ia menyebutkan bagaimana tragedi Palestina di bawah penjajahan Zionis yang telah memakan korban ratusan ribu Muslim hingga saat ini. Bagaimana pembantaian yang terjadi di Afghanistan, di Irak, dan sekarang di Somalia. Semuanya menandakan musuh-musuh Islam bersatu bila yang dihadapinya adalah Islam. “Apa yang kalian ketahui tentang peristiwa yang menimpa saudara-saudara Muslim kita di Irak? Di sana ratusan ribu kaum Muslim Sunni dibunuh, sebagaimana saya mendengarkan langsung dari utusan Irak yang bertemu saya beberapa waktu lalu.

Semua saluran kita untuk membantu kaum Muslim Sunni di Irak diputus sehingga kita tidak bisa membantu menolong mereka dari ancaman kematian.” Menurut Qaradhawi, andai saja pemimpin Syiah Ali Khamenei mau mengatakan kepada para pengikutnya, “Hentikan pembunuhan atas Muslim Sunni…” niscaya pembunuhan itu akan selesai.”

Qaradhawi kemudian kembali menandaskan pentingnya Muslim Indonesia untuk bersatu dan saling bahu membahu untuk mengangkat martabat kaum Muslimin. “Bersatulah wahai Muslimin Indonesia, karena hanya Islamlah yang bisa menyatukan kita. Hanya Islam saja yang memiliki garis persatuan yang bisa mengikat kita. Hanya Islam yang membimbing kita pada shiratal mustaqim, jalan yang lurus, yang menghindarkan kita dari berbagai penyimpangan. (na-str)