Qardhawi Tentang Politik Dunia Islam Aktual, Zionisme, Sunni-Syiah, Hizbullah dan Iran

Ulama dunia Islam DR. Yusuf Qaradhawi mengungkapkan, arogansi politik dan pemasungan kebebasan, merupakan dua faktor utama yang menjadi problema terbesar yang dihadapi dunia Islam saat ini. Dalam seminar yang digelar di Mesir, ulama yang kerap mengikuti perkembangan dunia Islam itu mengatakan, “Arogansi politik yang diderita dunia Islam, adalah masalah paling penting yang menjadikan realitas umat Islam menghadapi situasi pahit. Karena sikap otoriter itu, tidak mungkin hadir masa depan yang cerah bagi kaum Muslimin.”

Qaradhawi yang juga mengepalai Persatuan Ulama Islam Internasional itu menjelaskan, di antara fenomena arogansi politik adalah, ketika ada seseorang yang tidak bisa mengungkapkan pendapatnya. “Rakyat Eropa yang pemerintahannya terlibat bersama AS untuk menyerang Irak, menggerakkan aksi demonstrasi jutaan orang untuk menolak. Sementara di sejumlah negara Arab, aksi itu hanya berlangsung dan diikuti ratusan ribu orang saja,” ujar Qaradhawi mengkritik situasi politik di sejumlah negara di Timur Tengah.

Ia melanjutkan, “Jika kita mengatakan perzinahan, pencurian, adalah dosa besar. Maka ada banyak realitas di dunia Islam hari ini yang harus juga disebut sebagai dosa besar, yakni arogansi politik, manipulasi hasil pemilu, pemasungan kebebasan pendapat, korupsi, kebodohan, dan keterbelakangan.”

Untuk mengatasi situasi seperti ini, Qaradhawi menyarankan agar kaum Muslimin mengoptimalkan berbagai titik kekuatannya, antara lain kekuatan SDM. Di negara Arab saja menurutnya, jumlah kaum Muslimin mencapai lebih dari angka sepertiga milyar orang yang mayoritasnya adalah kaum pemuda yang mampu membangun umat Islam menjadi lebih baik di masa mendatang jika pengelolaan dan pengarahan untuk mereka bisa bagus. Belum lagi aspek kekuatan ekonomi, kekuatan peradaban dan sejarah yang dimiliki negara Arab.

“Yang paling penting dibutuhkan umat Islam pada saat sekarang adalah perubahan dan perbaikan. Tidak ada masa depan bagi umat ini kecuali jika mereka tak mengubah realitas, pemikiran dan tekadnya. Semua itu secara prinsip membutuhkan perbaikan dalam sektor pendidikan, politik, undang-undang, dan yang paling penting adalah memberi kebebasan berpendapat,” ujarnya. Menurutnya, kebebasan adalah salah satu pintu yang pasti menggiring orang ke dalam Islam. “Jika manusia diberi kebebasan, mereka akan mengenal sendiri bahwa tidak ada alternatif lain kecuali dengan Islam,” tandas Qaradhawi.

Dalam kesempatan itu, Qaradhawi juga menyinggung tentang pandangan masa depan terhadap dunia Arab dan kaum Muslimin. Ia mengatakan bahwa masalah dan tantangan terbesar kaum Muslimin saat ini adalah proyek Zionisme yang berobsesi untuk memecah belah kaum Muslimin, untuk kemudian membangun sebuah kekuasaan bernama Israel. “Masalah Zionisme ini melampaui permasalahan di bidang apapun, militer, politik, budaya, sosial, agama, ekonomi. Karenanya harus benar-benar dihadapi dan dihentikan.”

Soal Sunni-Syiah

Sebagai ulama yang selalu mengikuti perkembangan dunia Islam, Qaradhawi juga menyinggung tentang situasi kelompok Sunni dan Syiah, terlebih pascakemenangan Hizbullah Libanon berbasis Syiah melawan Israel dan merebaknya kasus pembunuhan di Irak dalam konteks pertarungan antara Syiah dan Sunni.

Qaradhawi meminta masing-masing pihak mewaspadai adanya langkah intervensi politik pihak Sunni ke dalam Syiah dan sebaliknya Syiah ke dalam Sunni. Tapi pada waktu yang sama, Qaradhawi juga menganjurkan tahap pendekatan antara kedua belah pihak. “Pendekatan yang kita inginkan ini tidak bisa kita terima bila menyebabkan intervensi negara Sunni ke dalam negara Syiah, atau sebaliknya. Karena masalah ini akan mengakibatkan situasi kacau yang akan mengikis banyak hal positif yang ada. Apa yang terjadi di Irak antara Sunni dan Syiah menjadi contoh bagi kita semua,” ujar Qaradhawi.

Yang dimaksud langkah pendekatan, menurut Qaradhawi, adalah pendekatan dalam aspek kemazhaban bukan berwujud persaingan politik. Di mana masing-masing pihak, baik Sunni maupun Syiah dibolehkan menyampaikan pendapat dan pemikirannya satu sama lain. Persatuan Ulama Dunia Islam sendiri pada Agustus lalu telah mengeluarkan seruan untuk melakukan koordinasi mempertemukan berbagai rujukan agama bagi seluruh kelompok dan mazhab Islam, dengan target taqriib (pendekatan) antara kaum Muslimin dan mengusir perpecahan sektarian.

Sebelum ini, harian El Wafd terbitan Mesir melansir pernyataan Qaradhawi yang menyebut bahwa perlawanan senjata yang berlangsung di Libanon adalah jihad yang legal secara syariat. Perlawanan itu juga disebut sebagai perlawanan paling mulia di muka bumi, sama kedudukannya dengan perlawanan yang dilakukan kaum Muslimin di Palestina. Selain itu, Qaradhawi juga menyatakan, bahwa kaum Syiah juga bagian dari kaum Muslimin sehingga wajib bagi setiap Muslim mendukung perlawanan mereka mengusir Israel.

Tentang pendapat Qaradhawi terhadap dukungan terhadap Iran dalam menentang AS dan Israel, dikatakannya bahwa dukungan kepada Iran merupakan masalah yang wajib dilakukan. “Kami selalu menyerukan untuk membela Sunni dan Syiah melawah musuh Zionis dan AS. Musuh kita ingin memecah belah kita. Karena itu kita harus menegaskan bahwa kita mendukung Iran dalam sikap mempertahankan proyek nuklirnya. Kita saling bahu membahu dalam hal ini, dan kami mendukung logika kekuatan.” (na-str/iol)