Remaja Berjilbab Itu, Memilih Menjadi Banpol

Namanya Nadia Naeem, tinggal di kota Bicester, Inggris. Sejak bulan Februari lalu, Nadia bersama tiga orang lainnya, menjadi anggota bantuan polisi Thames Valley Police, salah satu satuan kepolisian terbesar di Inggris.

Tugas Nadia adalah berpatroli di jalan-jalan di wilayah Oxfordshire, membantu kepolisian setempat menjaga ke manan dan ketertiban di kawasan yang terletak di sebelah tenggara Inggris itu.

Nadia, berusia 17 tahun saat bergabung dengan satuan bantuan polisi. Ia berhasil menjalani sejumlah test yang disyaratkan untuk menjadi seorang anggota bantuan polisi. Yang istimewa, Nadia adalah seorang muslimah dan ia tetap mengenakan jilbabnya saat bertugas, dipadu dengan seragamnya yang berwarna kuning terang.

Sebagai anggota bantuan polisi, gadis belia ini punya wewenang untuk mengeluarkan surat tilang, menghentikan kendaraan serta memeriksa orang-orang yang dicurigai. Nadia juga berhak menyita alkohol yang ia temukan saat berpatroli di jalan, meski remaja seusianya belum diizinkan untuk mimum minuman keras.

Program bantuan polisi dengan merekrut remaja-remaja untuk ikut membantu tugas polisi menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, dibentuk sejak tahun 2003 oleh Menteri Dalam Negeri David Blunkket. Program itu dibuka di wilayah Oxfordshire, Berkshire dan Buckinghamshire. Saat ini, setidaknya ada lima anggota pasukan bantuan polisi yang usianya di bawah 18 tahun.

Tapi program bantuan ini, menuai kecaman dari sejumlah pejabat kepolisian Inggris sendiri. "Yang kami lihat di Thames Valley, para kepala polisi dan petugas polisi sedang mencari cara untuk menghemat uang, " kata Metin Enver, juru bicara Federasi Polisi yang mewakili petugas polisi dengan pangkat di bawah superintendan.

Anggota pasukan bantuan polisi Thames Valley digaji sekitar 17. 000-20. 000 poundsterling, sesuai jam kerjanya masing-masing. Sedangkan anggota yang bekerja secara penuh, mendapat gaji antara 21. 000-33. 000 poundsterling.

Selain itu, kata Enver, mempekerjakan "anak-anak" merupakan tindakan yang gegabah dan membahayakan keselamatan publik. "Jika seseorang tidak memiliki tingkat keahlian atau kedewasaan sikap, utamanya dalam situasi konfrontasi dan agresif, maka bukan hanya mereka yang menghadapi resiko tapi juga anggota masyarakat lainnya, " papar Enver.

Untuk itu ia menghimbau agar perekrutan anggota bantuan polisi dari kalangan sipil yang usianya baru 18 tahun, dibatasi.

Namun, Kepala Pelaksana Pasukan Bantuan Polisi Con Nick Gargan mengatakan, mereka yang direkrut adalah orang-orang terbaik dari kalangan remaja seusia mereka pada umumnya dan pihaknya akan tetap merekrut anggota di bawah usia 18 tahun.

"Mereka adalah remaja-remaja yang memiliki kemampuan khusus dan seharusnya tidak ada diskriminasi hanya karena persoalan usia mereka, " tukas Gargan (ln/iol)