Saudi Arabia Dituding Berulangkali Lakukan Pengembangan Senjata Nuklir Rahasia

Saudi Arabia menolak mentah-mentah laporan sebuah media barat yang menyebutkan negaranya memiliki program pengembangan nuklir rahasia, bekerjasama dengan sejumlah pakar nuklir Pakistan. Menurut pemerintah Saudi, laporan tersebut merupakan bagian dari teror politik yang dilancarkan pihak-pihak luar terhadap pemerintahannya.

Dalam keterangannya kepada Islamonline, Dr. Muhammad Ali Zalfa, anggota Dewan Syuro Saudi mengatakan, “Tuduhan itu berlawanan dengan prinsip politik kerajaan Saudi yang selalu berupaya mengosongkan wilayah Saudi dari senjata penghancur massal. Tuduhan itu bertujuan untuk menghambat hubungan baik Saudi Arabia dalam sejumlah masalah Arab dan mematahkan proyek reformasi yang kini tengah terjadi di Saudi.”

Seperti diberitakan di sejumlah media, sekitar empat hari lalu, majalah terbitan Jerman menuturkan sejumlah laporan dari sumber keamanan Barat, “Melalui musim haji antara 2003 – 2005 para pakar dan ilmuwan Pakistan telah menunaikan ibadah haji. Mereka berangkat ke Saudi dalam sejumlah pesawat yang khusus diberikan kerajaan Saudi untuk membicarakan rencana proyek kerjasama pengembangan nuklir.”

Seorang pakar keamanan Jerman Odo Olevkut dalam majalah tersebut mengatakan, “Antara Oktober 2004 dan Januari 2005, dimanfaatkan sejumlah ilmuwan nuklir untuk bersembunyi di sejumlah hotel secara berganti-ganti antara 3 pekan sekali.” Majalah Jerman itu juga mengutip perkataan pakar militer AS John Pick, “Kerajaan Saudi telah banyak memberi bantuan pendanaan bagi pengembangan senjata nuklir Pakistan.”

Majalah Jerman yang bernama Seisro dalam edisi 30 Maret 2006 tersebut juga menampilkan sejumlah gambar foto yang menurut mereka merupakan foto satelit yang menjelaskan bahwa di Selatan Riyadh, Saudi Arabiya, memang ada sebuah kota tersembunyi tempat penyimpanan senjata nuklir yang ditimbun di bawah tanah. Menurut pernyataan sejumlah intelejen barat, senjata-senjata nuiklir itu merupakan misil jarak jauh yang dibawa dari pembuatan nuklir Pakistan.

Ini bukan tudingan pertama soal kepemilikan Saudi terhadap senjata nuklir. Bulan Juni 2005 silam, majalah Times pernah juga menyebarkan issu soal kepemilikan nuklir secara rahasia oleh Saudi. Menurut Times, informasi itu mereka terima dari intelejen AS, CIA. Substansinya sama, perihal kerjasama teknologi antara Saudi dan pakar nuklir di Pakistan.

Bukan hanya itu, Harian Guardian terbitan Inggris pada September 2003 juga mengeluarkan informasi serupa. Tapi menurut The Guardian, rencana pengembangan senjata nuklir oleh Saudi ketika itu masih sebatas wacana untuk membeli sejumlah persenjatan nuklir Pakistan, terkait situasi krisis yang tengah menimpa sejumlah wilayah di Timur Tengah.

Menanggapi tudingan itu, Ali Zalfa menegaskan bahwa tuduhan itu bertujuan mengganggu hubungan diplomatik bilateral Saudi dengan negara tetangga di jazirah Arab, juga mengganggu hubungan Saudi dengan dunia internasional. Sementara anggota Dewan Syuro Saudi yang menolak untuk disebutkan identitasnya mengatakan bahwa tudingan itu untuk melemahkan internal Saudi dan menyumbat vokalnya saudi serta menghambat kebangkitan reformasi di Saudi. Ali Zalfa mempersilahkan pihak internasional untuk memeriksa Saudi Arabiya guna memastikan apakah tudingan itu benar atau sekedar isapan jempol. (na-str/iol)