Korban Perang di Afghanistan Meningkat 40 Persen

Invasi AS ke Afghanistan sejak tahun 2001 hanya membawa kesengsaraan bagi rakyat negeri itu. Data PBB menyebutkan, sepanjang tahun 2008 jumlah warga sipil Afghanistan yang tewas meningkat 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut data PBB yang dirilis hari Selasa kemarin, jumlah warga sipil yang tewas akibat aksi-aksi kekerasan di Afghanistan pada tahun 2008 sekitar 2.100 orang. Meningkatnya jumlah korban di kalangan warga sipil mengindikasikan situasi keamanan di Afghanistan tidak lebih baik dibawah penjajahan AS dan pasukan koalisinya.

PBB mengklaim 55 persen korban dibunuh oleh kelompok Taliban dan kelompok-kelompok afiliasinya dan sekitar 25 persen korban lainnya tewas akibat serangan udara pasukan AS atau pasukan NATO. Namun laporan PBB tidak menyebutkan dalam kesempatan apa Taliban melakukan pembunuhan terhadap warga sipil.

"PBB sangat prihatin dengan makin meningkatnya jumlah warga sipil yang tewas. Situasi ini menuntut semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk mengambil langkah-langkah penting guna menghindari jatuhnya korban lebih banyak lagi di kalangan warga sipil," demikian laporan misi PBB di Afghanistan.

Laporan PBB ini membuat Presiden Afghanistan berang. Ia menuding pasukan asing-lah yang telah banyak menewaskan warga sipil di Afghanistan dan meminta mereka untuk menghindari serangan dengan target warga sipil tak berdosa.

Pasukan AS maupun NATO beberapa kali melakukan serangan ke wilayah sipil yang membuat dukungan publik pada sekitar 70.000 pasukan asing melemah. Hal ini disadari oleh para komandan militer AS di Afghanistan. Mereka mempekirakan aksi-aksi kekerasan di Afghanistan bakal marak seiring dengan pertambahan sekitar 25.000 pasukan AS ke negeri Para Mullah itu. Jika kekerasan meningkat, jumlah korban di kalangan rakyat sipil juga akan terus bertambah.

Meski PBB menyebutkan bahwa mayoritas korban di kalangan rakyat sipil adalah akibat aksi-aksi kekerasan yang dilakukan Taliban, banyak rakyat Afghanistan yang justeru menyalahkan pasukan asing dan pemerintah Afghanistan yang dianggap tidak mampu menjaga keamanan dan menghentikan perlawanan kelompok Taliban. (ln/alternet)