Ketika Sains Gagal Jelaskan Fenomena Kiamat dan Waktunya

Eramuslim – يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat, ‘Kapan terjadi?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya, pengetahuan kiamat ada di sisi Tuhanku. Tidak seorang pun dapat menjelaskan waktu tibanya, selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi. Kiamat tidak akan datang kepadamu, melainkan secara tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, ‘Sesungguhnya, pengetahuan hari kiamat ada di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui‘.” (QS Al-A’raf [7]: 187).

Ilmu pengetahuan dan teknologi terus maju dan berkembang. Hanya saja, sampai sejauh ini belum ada penjelasan dari sains tentang kejadian hari kiamat, yang diyakini agama-agama langit akan datang suatu saat nanti. ”Ini lantaran sains hanya mampu mengobservasi realitas yang kasat mata,” kata pakar kosmologi, Dr Bruno Abdul Haqq Guiderno, dari Institut Astrofisika Paris, Prancis,  sebagaimana dikutip dari arsip Harian Republika.

Menurut Bruno, fenomena kiamat betul-betul wilayah yang berada di luar kemampuan sains untuk menjangkaunya. Sains, kata dia, baru sebatas mengurai realitas alam fisik yang terjangkau. ”Sains terbukti sukses menjelaskan berbagai hal. Namun itu hanyalah sebuah single reality. Fenomena kiamat adalah realitas yang lain. Tidak ada yang tahu bagaimana itu terjadi,” tuturnya. Hal yang sama dipaparkan Bruno terkait pertanyaan menyangkut surga, neraka atau lapisan langit ke tujuh.