Lekra, Organ Kebudayaan PKI yang Suka Mengolok-olok Tuhan

Eramuslim.com – Tulisan Dr KH Amidhan Shaberah ini aslinya berjudul Benturan Lekra dengan Manikebu, Lesbumi, HSBI, dan ISBM. Tulisan tersebut dipersembahkan untuk Arief Budiman, aktivis Manifesto Kebudayaan, yang meninggal dunia 23 April 2020.

 

Oleh beberapa media online tulisan tersebut kembali dimuat kembali. Seperti semangatnews.com yang menerbitkan pada Senin (15/6/2020) dengan judul Gusti Allah Mantu.

Redaksi memuatnya untuk mengingatkan pembaca pada sejarah Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra), organ kebudayaan PKI, yang provokatif menyerang konsep ketuhanan Islam.

Hangatnya polemik RUU Haluan Ideologi Pancasila—yang mengindikasikan kebangkitan kembali PKI—membuat tulisan ini sangat penting dibaca, terutama bagi generasi milenial. Selamat membaca!

 

Wudhu dengan Air Kencing

“Wis rasah macak ayu ayu, ora ayu yo payu. Nek ra ayu, yo, raup diniati wudhu. Nek ora ana banyu yo nganggo uyuhku. Banyu uyuhku padha sucine karo banyu wudhu.”

Artinya, “Tidak usah bersolek cantik-cantik.Tidak cantik juga akan laku. Kalau tidak laku ya cuci muka dengan niat wudhu. Kalau tidak ada air ya pakai air kencingku. Air kencingku sama sucinya dengan air wudhu”.

Itulah salah satu penggalan dalam dialog ludruk dengan lakon Gusti Allah Mantu yang dipentaskan di Kediri, Jawa Timur, menjelang meletusnya peristiwa G30S PKI.

Dalam pentas ludruk lakon Gusti Allah Mboten Sare, misalnya, ada dialog seperti ini: “La, piye, Gusti Allah yo mboten sare. Ora duwe bantal lan klasa. Piye turue. La, gimana, Gus Allah ya tidak tidur. Gak punya bantal dan tikar. Bagaimana tidurnya?”