Asyari Usman: Reuni 212 Menginspirasi Dunia

Tampaknya, penularan tak hanya di Malaysia saja. Masyarakat di banyak negara menaruh perhatian dan menyatakan kekaguman terhadap skala Reuni 212 pada 2 Desember 2018. Mereka kagum pada ketertiban yang terjaga dengan baik. Mereka kagum terhadap jumlah orang yang hadir.

Mereka tahu para peserta datang dengan perjuangan yang berat. Biaya sendiri. Datang dari jauh. Harus tidur seadanya. Bahkan ada yang harus berjalan kaki puluhan kilometer.

Masyarakat di banyak negara yang menyaksikan berita tentang Reuni 212, sekarang menyimpulkan bahwa radikalisme yang dilabelkan pada umat Islam Indonesia merupkan kedengkian belaka. Mereka melihat sendiri keramahan dan ketertiban di cara reuni itu.

Banyak orang nom-muslim yang bertestimoni mengharukan. Ada yang sampai menangis, merasakan suasana damai. Merasakan ketulusan jutaan kaum muslimin.

Warga dunia menyaksikan koeksistensi yang damai antara kaum muslimin dan umat agama lain. Koeksistensi itu tidak hanya berlangsung di lingkungan sosial dan lingkungan kerja, tetapi juga di arena Reuni 212, 2 Desember lalu. Ini yang mencengangkan masyarakat internasional. Di banyak negara.

Tidak hanya sebatas rasa salut melihat aksi damai ini, warga belahan dunia lain menyatakan keinginan mereka untuk ikut Reuni 212 tahun 2019. Mereka bahkan ingin sekali bertemu dengan para pemimpin umat yang selama ini dimusuhi termasuk HRS.

Tak ketinggalan, banyak pula warga asing yang berjanji akan mendorong para investor agar masuk ke Indonesia. Untuk membuktikan bahwa kaum muslimin Indonesia sangat ramah dan bersahabat sepanjang hal-ihwal keyakinan reliji mereka tidak diganggu. Sepanjang norma-norma keagamaan syariat Islam tidak dilecehkan.