Buntut Sepinya Penumpang, Sopir Jual Angkot secara Kiloan

Selain Zaini, sepinya penumpang membuat Mustofa bersedih. Pria berusia 50 tahun itu berencana menjual angkotnya secara kiloan. ’’Entah, laku berapa. Biaya operasionalnya terlalu besar,’’ katanya.

Ada tiga jenis angkot atau lin yang melewati jalur pelabuhan. Yakni, lin K (Jembatan Merah–Indrapura–Ujung Baru), Z1 (Ujung Baru–Margomulyo–Benowo), dan USP (Ujung Baru–Tambaksari–Petojo).

Jumlah kendaraan yang beroperasi terus berkurang. Misalnya, lin USP yang sebelumnya berjumlah 63 unit. Saat Pelabuhan Ujung masih ramai, jumlahnya mencapai 63 unit. Kini hanya tersisa 40 unit. Pengurangan juga terjadi pada lin ZI dan K.

Kabid Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya Sunoto menjelaskan bahwa berkurangnya angkot di pelabuhan disebabkan beberapa hal. Selain terdampak Jembatan Suramadu, angkutan online turut berpengaruh. ’’Masyarakat cenderung memanfaatkan aplikasi karena faktor kecepatan layanan,’’ katanya.

Sunoto menegaskan, instansinya tidak berniat menutup trayek ke pelabuhan. Sebab, pemakainya masih cukup banyak. Terutama pedagang di sekitar Pelabuhan Kamal, Madura. Sunoto menjelaskan, dishub sebenarnya menggagas program subsidi untuk angkot. Namun, hal itu belum bisa direalisasikan. ’’Ada keterbatasan di sisi anggaran. Jadi, kebijakan ditunda,’’ ungkap Sunoto.

Selain angkot, jumlah kapal yang beroperasi di Ujung–Kamal berkurang. Dari tiga kapal penyeberangan, hanya dua yang dioperasikan. Itu pun tidak sampai 24 jam seperti zaman dulu. [jp]