Tidak Masuk List Kemenag, Ada Penceramah yang Diusir Massa

“Hemat kami di Komisi VIII, mudah-mudahan menjadi kesimpulan, dan kita mengakhiri polemik yang menurut saya di tahun-tahun politik ini bisa saja ada pihak-pihak yang menggoreng, yang sebetulnya keluar dari konteks,” katanya.

Sementara itu Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno mengatakan bahwa rilis 200 mubalig, wajar menimbulkan kegaduhan. Karena dari dulu sebutan ustaz, kiai dan mubalig itu tidak pernah lahir dari negara.

“Mubalig kita tumbuh secara alami dan natural, dan sebutan itu diberikan terhadap masyarakat kepada orang secara individu saleh secara agama Islam, dan menyampaikan kebaikan. Sebutan itu secara alamiah lahir dari masyarakat,” ujarnya.

Siapa saja orang Islam yang memiliki pesantren, masjid, surau, mereka adalah mubalig bagi mereka yang tinggal di sekitar mereka. “Nah inilah anasir-anasir yang harus dibaca bahwa tradisi Islam kita berbeda dengan tetangga sebelah seperti Malaysia,” ucapnya.

Alumni Pesantren di Madura ini juga membeberkan Indonesia yang religius sangat besar basis massanya, baik itu di Madura, Banten, Sulawesi, Lombok dan di berbagai daerah lainnya di Indonesia juga soal kriteria mungkin perlu prasangka baik dengan menteri agama, mungkin di tengah kegaduhan bangsa yang selalu disebut terbelah karena konflik Pilpres 2014 tidak selesai.