Eks Penulis Seword: Kakak Pembina Perintahkan Puja-puji Jokowi, Jelekkan Ulama dan Ajaran Islam

Blusukan hingga kekampung terpencil membuat gue melihat realita, merubah paradigma dalam memandang kebijakan penguasa. Ternyata ucapannya di media tak linier dengan kondisi dilapangan. Sejatinya, banyak bukti yang hendak gue sajikan, namun terbentur dengan kode etik pekerjaan. Karena hasil riset tak bisa dipublish sembarangan.

Maret 2018, gue bongkar habis jeroan Seword. Bagaimana mereka bekerja, berapa honor yang didapat oleh kontributor, hingga cara mereka menggoreng sebuah isu untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari isu utama. Tulisan gue jadi viral, bahkan ketua umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin membacanya dan mengirim pesan via messenger. Beliau sampaikan apresiasi sambil bertanya, “BZH itu apa?” Gue jelaskan dengan singkat, padat, jelas.

April 2020, alhamdulillah gue sudah punya ini dan itu, bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi. Sementara kontributor Seword masih gitu-gitu aja hidupnya. Tinggal dikost-kostan kumuh, ngopi dari gelas plastik sambil mengetik narasi agitatif. Apa tema tulisan mereka? Seputar menjelek-jelekkan ajaran Islam, habaib dan ulama. Last but not least, target utama sudah barang tentu Anies Baswedan. Berapa yang mereka hasilkan dari memproduksi fitnah itu? Hehehe… hanya cukup buat makan pecel Lamongan.

Saat gue mempublish modus operandi Seword, mereka kebakaran jenggot. Akun gue seketika dikunci, tapi beberapa tulisan lama masih tetap muncul sampai sekarang. Gue sih santai aja, biarkan menjadi jejak digital perjalanan hidup. Tak mau menyebutnya sebagai hijrah, tapi sebuah proses menemukan ghirah. (BZH)

———

Foto gue waktu liburan di Bali tahun 2019 dicomot admin Seword. Yang jelas sejak september 2017, gue tak pernah lagi menulis disana. Kapok gue menghina ulama dan habaib, bikin miskin cuy! Gak percaya? Coba aja. ???


(sumber: glr)