Isak Tangis Orang Tua Berharap Anaknya Dievakuasi dari Wuhan

Herman meyakini, tidak hanya anaknya, tetapi seluruh pelajar yang ada di sana, berada dalam tekanan. Apalagi, setelah pemerintah setempat melakukan lock down atau isolasi terhadap kota-kota yang ada di Provinsi Hubei. Dia juga berharap pemerintah segera mengambil tindakan mengevakuasi warganya. Menurutnya, itu merupakan satu-satunya cara untuk menyelamatkan para pelajar asal Indonesia.

“Anak-anak itu resah betul. Karena semua kota sudah dikarantina. Jadi keinginan anak-anak karena sudah tidak ada kegiatan di kampus, sampai batas waktu yang tidak ditentukan, maka anak-anak ingin dievakuasi ke tanah air,” ujar Herman.

Herman juga mengkhawatirkan pasokan logistik di tempat kedua anaknya tinggal. Diakuinya, pemerintah memang memberikan bantuan berupa uang sebasar 280 yuan, atau sekitar Rp 560 ribu untuk satu pekan. Namun, kata dia, yang menjadi permasalahan penjual di sana banyak yang tutup. Sehingga sekalipun memiliki uang, mereka tetap kesulitan berbelanja kebutuhan sehari-hari.

“Logistik tidak cukup. Baru kemarin sore dapat bantuan 280 yuan atau Rp 560 ribu, untuk biaya satu minggu. Itu pun kesulitan, karena hanya ada satu toko yang buka, dan itu pun rebutan dengan masyarakat di situ,” ujar Herman.

Herman mengatakan evakuasi adalah satu-satunya cara agar para pelajar asal Indonesia itu merasa aman. Karena jika tetap berada di sana, akan terus dihantui ketakutan tertular virus mematikan.

“Mereka hanya ingin pulang. Karena mereka khawatir, karena tidak tahu virus itu ada di mana,” kata Herman.

Fahrur Rozi (34) juga mengharapkan adik kesayangannya cepat dievakuasi dari China. Sang adik, yakni Husnia, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya itu mendapat beasiswa di Central China Normal University, Wuhan, Hubei. Rozi mengungkapkan, sang adik yang merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa Mandarin tersebut memang dalam kondisi baik. Tapi dia berharap cepat dipulangkan ke tanah air.