“Jokowi Tegang”

Untuk urusan fiskal, Jokowi yakin Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mengelola dengan hati-hati. Adapun kebijakan moneter, dia yakin Bank Indonesia (BI) sudah sangat prudent. Jokowi juga memantau tindak lanjut dari apa yang diinstruksikannya dalam rapat terbatas 31 Juli lalu. Saat itu, Jokowi meminta jajaran terkait melakukan upaya peningkatan ekspor dan mengendalikan impor sebagai bagian dari strategi memperkuat cadangan devisa negara.

“Saya minta hari ini akan saya update satu per satu problem di lapangan yang kira-kira menjadi hambatan sehingga benar-benar bisa memperkuat cadangan devisa kita,” kata Jokowi.

Dia menekankan pentingnya menerapkan skala prioritas dalam melakukan impor sehingga impor barang dapat dikendalikan sementara waktu. “Di Kementerian Perdagangan dan Bea Cukai, pengendalian impor saya kira betul-betul kita cermati secara detail dan cepat sehingga impor barang yang memang sangat penting dan sangat tidak penting itu bisa kita ketahui,” katanya.

Berkaitan dengan peningkatan ekspor, Jokowi menantikan terobosan terbaru dalam upaya meningkatkan daya saing ekspor nasional. Sistem perizinan terintegrasi yang beberapa waktu lalu diluncurkan diminta terus dipantau dampak dan kemanfaatannya bagi industri utamanya yang berorientasi ekspor. Sebelum mengakhiri arahannya, satu strategi peningkatan cadangan devisa negara kembali diutarakan oleh Jokowi dengan mempercepat pembangunan infrastruktur yang berorientasi pariwisata. Melalui sektor tersebut, negara diyakini akan mampu menambah cadangan devisanya.

Pengamat ekonomi dari Indef, Bhima Yudhistira mengatakan pelemahan rupiah saat ini dipengaruhi faktor eksternal dan internal, yaitu faktor global dan domestik. Faktor eksternal, bisa jadi perluasan dari kekhawatiran krisis Turki dengan anjloknya kurs lira hingga 40 persen dalam tahun ini. Diperparah oleh sanksi dari Amerika berupa kenaikan bea masuk baja dan alumnium asal Turki ke Amerika.