“Jokowi Tegang”

Menurut Bhima, minat investor terhadap aset negara berkembang (emerging market) dalam pasar keuangan atau pasar saham akan berkurang atau justru dihindari. Alhasil, aliran dana yang masuk (inflow) di negara berkembang akan menyusut dan mempengaruhi peredaran mata uang negara berkembang menjadi melemah (depresiasi).

Para investor secara global cenderung lebih mencari aman dengan membeli obligasi jangka panjang pemerintah Amerika (treasury bond), minat dolar Amerika makin tinggi. Sehingga, inflow Amerika semakin besar dan kurs dolar semakin kuat. “Treasury bond sebagai pelarian atau flight to quality ke aset yang lebih aman. Investor global memborong dolar,” ujar Bhima. Kondisi Turki diproyeksi juga berlangsung cukup lama dan secara sistemik akan mempengaruhi pasar keuangan dari emerging market.

Lebih lanjut, pelemahan kurs rupiah juga dipengaruhi faktor domestik yaitu defisit transaksi berjalan (current account deficit/ CAD) yang menembus level 3 persen sari PDB atau senilai 8 miliar dolar AS pada triwulan II/2018. [rmol]