Partai Ummat dan Sulitnya Menggaet Suara Pemilih

Eramuslim – Politikus senior Amien Rais resmi mendeklarasikan partai barunya yang ia beri nama Partai Ummat, Kamis (1/10). Analis Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mempertanyakan target ceruk segmen pemilih yang akan diambil Partai Ummat. Menurutnya akan sulit bagi Partai Ummat jika hanya menyasar suara pemilih muslim.

“Saya lihat Partai Ummat justru membuat ruang gerak mereka terbatas untuk mengambil ceruk segmen mereka menjadi lebih, ruang geraknya agak lebih sulit untuk memperlebar segmen pemilih, dan tentu bisa saja itu merugikan Partai Ummat sendiri,” kata Pangi kepada Republika.co.id, Jumat (2/10).

Ia menjelaskan ketika ada label ‘umat’ melekat, maka yang menjadi pertanyaan adalah umat agama mana yang dimaksud. Dirinya juga mempertanyakan apakah Partai Ummat nantinya juga akan menyasar umat agama lain atau hanya umat muslim.

“Karena partai itu harus meluas kan sayapnya, sehingga segmen pemilih yang mereka ambil itu jangan dibatasi,” ujarnya.

Selain itu, Pangi memandang pemilih muslim belum tentu akan memilih partai Islam. Beberapa pemilih yang beragama Islam justru ada juga yang memilih partai nasionalis. Sehingga tidak heran jika banyak partai yang mengambil jalan tengah dengan ideologi nasionalis religius.

“Sehingga segmennya dapat keduanya, segmen nasionalis dapat, segmen Islamnya juga dapat,” ujarnya.

Pangi menjelaskan, tidak mudah bagi partai baru seperti Partai Ummat untuk bisa lolos ambang batas parlemen. Hal tersebut dibuktikan pada pemilu 2019 lalu tidak ada satu pun partai baru seperti PSI, Perindo, Partai Berkarya, dan Partai Garuda yang lolos ke Senayan. Belum lagi Partai Ummat juga harus berkontestasi dengan partai yang juga mengambil ceruk pemilih muslim seperti PKB, PAN, PKS.

“Untuk lolos di ambang batas parlemen itu butuh maintenance, butuh kepiawaian kemahiran tersendiri dan itu tidak mudah itu kalau tidak memahami apa yang menjadi cita rasa, apa yang menjadi perilaku pemilih, apa yang disenangi, apa yang disukai, berhasil membaca sentimen, mengambil empati dan bermain pada populisme,” ucapnya.