Ratusan Pemuka Agama di Indonesia Meninggal di Tengah COVID-19

Mencoba mempertahankan jemaat

Pendeta Ronald Rischardt, S. Th adalah koordinator Divisi Relawan Gereja Melawan Covid-19/GMC-19 di PGI, atau Persekutuan Gereja-Gereja se-Indonesia, lembaga yang membawahi gereja Kristen Protestan di Indonesia.

Kepada ABC Indonesia, Pendeta Ronald mengatakan sejauh ini dari informasi yang mereka kumpulkan, sudah ada lebih dari 200 pekerja gereja yang meninggal karena COVID di seluruh Indonesia.

“Yang kita maksudkan sebagai pekerja gereja adalah termasuk pendeta, penginjil, penatua di gereja,” jelasnya.

“Kebanyakan memang juga memiliki penyakit bawaan dan juga meninggal karena keterbatasan fasilitas dan keadaan di tempat masing-masing,” katanya.

Di Indonesia, PGI membawahi 91 sinode atau majelis gereja yang berbeda.

“Setiap sinode (gereja) memiliki umat minimal 10 ribu orang. Jadi dampak dari pandemi ini juga sangat terasa bagi gereja, tidak saja berkaitan dengan pekerja yang meninggal,” kata Pendeta Ronald.

Menurutnya yang paling terasa adalah gereja yang selama ini menggantungkan diri pada kehadiran jemaat di gereja untuk memberikan sumbangan bagi kelangsungan kehidupan gereja.

“Kalau gereja-gereja utama seperti misalnya HKBP, GPI, Gereja Pantekosta dan yang lain, para pendeta mendapat gaji bulanan.”

“Gereja ini juga menyumbangkan iuran bulanan ke PGI, kita sekarang melihat juga mereka mulai mengalami kesulitan,” kata Pendeta Ronald.

Dengan tidak adanya kegiatan kebaktian langsung di gereja, menurut Pendeta Ronald banyak gereja yang harus kreatif menyelenggarakan kebaktian virtual.

“Karena virtual, jemaat yang biasanya ke gereja A, bisa saja sekarang mengikuti kegiatan di gereja lain. Jadi para pendeta harus kreatif untuk menyelenggarakan kegiatan karena kan bersaing juga dengan gereja lain untuk mempertahankan jemaat dan mencari yang baru,” kata Ronald lagi.