Rusak Pariwisata Bali, Gubernur Tutup 16 Toko Cina

“Yang cinta Bali kan banyak. Kita berharap yang datang ke Bali ini orang-orang yang memang tertib, menjaga citra pariwisata, menghormati kearifan lokal di Bali, tradisi dan budaya Bali, dan memang betul-betul punya komitmen bersama-sama memajukan Bali. Ini juga sesuai peraturan daerah untuk peningkatan kualitas pelayanan dan penyelenggaran kepariwisataan,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengatakan, wisatawan China memang masih memberi kontribusi besar bagi pariwisata Bali. Saat promosi ke Beijing dan Shanghai, China, dirinya juga sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk mendatangkan 2 juta turis China.

“Tapi yang kita sasar adalah middle up, turis yang betul-betul punya duit, yang berkelas,” ujarnya.

Karena itu, PHRI mendukung langkah tegas gubernur untuk menutup toko-toko China yang melakukan praktik ilegal. Keberadaan toko-toko itu telah merusak pasar pariwisata di Bali. Pasalnya, ada yang menawarkan paket wisata di Bali hanya dengan Rp600.000. Transaksi pembayaran juga menggunakan weChat langsung dari China sehingga tidak mendatangkan pendapatan bagi Bali.

“Yang kita jaga kan image Bali yang dirusak karena harganya sangat murah, jadi hanya Rp600.000 ke Bali itu kan mana ada, don’t sell Bali so cheap. Jadi jangan sampai Bali jadi destinasi murahan. Jadi, instruksi gubernur ini kami dukung betul-betul sebagai stakeholder pariwisata,” kata I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya. [inews]