Tak Hanya Dipaksa Mundur dari All England, Timnas RI Juga Didiskriminasi

Seperti apa bentuk diskriminasi dan perlakuan tidak adil terhadap tim Indonesia di All England 2021? DW secara eksklusif mewawancarai Kepala Bidang Humas dan Media PBSI Fellya Hartono yang saat ini berada di Birmingham.

DW: Bagaimana kondisi para pemain saat ini pasca diminta mundur dari ajang All England?

Fellya Hartono: Untuk kondisi pemain saat ini dalam keadaan sehat dan sedang menjalani isolasi di kamar masing-masing. Kalau marah, ya pasti ada, kecewa juga. Kami di sini sebenarnya juga tidak mendapat kejelasan. Kami mendapat e-mail, SMS, dan dinyatakan melakukan kontak erat dengan orang yang terkonfirmasi positif COVID-19, tetapi kami tidak tahu orang itu siapa? Dari negara mana? Berapa orang jumlahnya? Tempat duduknya di mana? Apakah memang duduk dekat dengan kami? Dari 24 orang tim Indonesia yang ada di Birmingham, hanya 20 orang yang mendapat pemberitahuan NHS, sisanya empat orang tidak mendapat e-mail atau pun SMS tersebut.

Kami merasa tidak fair dengan kejadian ini. Dari pihak BWF dan panitia All England juga tidak bisa membantu, mereka lepas tangan. Ya memang benar mereka meminta maaf dan mengatakan kasus yang menimpa tim Indonesia ini kasus yang under regulations pemerintah Inggris sehingga mereka tidak bisa berbuat banyak.

Awal kami memberitahu pihak BWF dan panitia penyelenggara terkait e-mail dan sms dari NHS, mereka langsung merespons “oh sorry, we can not do anything,” dan kalimat prihatin lainnya tanpa disertai upaya membantu tim Indonesia untuk terus bertanding.

Apakah pemain asal Turki, Neslihan Yigit yang diketahui satu pesawat dengan tim Indonesia juga mengalami hal yang sama?

Pada saat kejadian (tim Indonesia dipaksa mundur), kemarin (17/03) dia memang masih bertanding. Namun, sekitar pukul 09.30 waktu Birmingham, nama Neslihan Yigit sudah didiskualifikasi.

Seperti apa perbedaan perlakuan yang diterima tim Indonesia?

Ya memang ada diskriminasi-diskriminasi yang kami rasakan juga di sini, saat kemarin kami sedang mengurus masalah itu. Kami dianggap seperti suspect COVID-19 dan kami tidak diperkenan menggunakan lift di hall dan di hotel. Kami seharusnya kan pulang pergi dari hotel ke hall menggunakan shuttle bus, tetapi kemarin saat kami konfirmasi ke BWF terkait e-mail NHS, mereka tidak mengizinkan kami untuk naik shuttle bus itu. Kami harus jalan kaki dari hall ke hotel, meski berdasarkan aturan bahwa tim yang terlibat dalam All England tidak boleh berjalan kaki.

Banyak kejanggalan yang terjadi sebenarnya, seperti saat kami naik pesawat dan tiba di Birmingham hari Sabtu (13/03), tetapi kenapa e-mail NHS baru sampai ke kami hari Rabu (17/03)? Kalau memang ada yang terindikasi COVID-19, seharusnya pemberitahuan itu bisa segera diumumkan.

Kami diminta isolasi 10 hari terhitung dari hari Sabtu (13/03), dan hari Minggu (14/03) juga tidak keluar kamar karena menunggu hasil tes PCR. Pada hari Senin (15/03) dan Selasa (16/03), kami sudah latihan di hall dan bertemu dengan teman-teman dari negara lain. Kalau memang kami dianggap terindikasi COVID-19, bukankah sebaiknya mereka (pemain dari negara lain) yang berinteraksi dengan kami di satu ruangan yang sama juga seharusnya menjalani isolasi?