Ust. Felix Siauw: Black Comedy dan Lawakan Rendahan

Mereka dikenal dengan “Black Comedian”, bukan karena kulit mereka hitam, tapi materinya dianggap “hitam”, yaitu bicarakan yang tabu dan menghina agama

Karena itu saya tak heran, kebanyakan stand-up comedian di Indonesia memiliki paham yang sama, kiblatnya sama, hanya tak sebebas orang Amerika dalam mengekspresikan

Saran saya, ketimbang mengikuti dan mendengar lawakan mereka yang samasekali tak peduli pada agama, bahkan jadikan itu sebagai lawakan, tinggalkan saja.

Masih banyak hiburan yang bermanfaat, misalnya kajian @UstadzAbdulSomad bisa lucu tapi sarat ilmu dan manfaat, nge-fans ulama, malah buat selamat

Lawakan Rendahan

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan

Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.” (QS Luqman 6-7)

Sejak dahulu pun ini sudah disampaikan, bahwasanya diantara manusia ada yang berkata-kata dengan hal yang tak ada faidah, yang dengan itu mereka menyesatkan manusia.

Tidak hanya menyesatkan manusia, tapi juga menjadikan jalan Allah sebagai olok-olokan, bahkan lawakan, bahan candaan, dan pancingan untuk ditertawakan.

Alasan mereka ini adalah kritik sosial, kritik kepada manusianya bukan pada agamanya. Tapi yang mereka sebut “Allah”, yang mereka sebut “Islam”, jelas sekali.

Apa tujuan mereka menyampaikan itu? Jelas, membuat orang tidak percaya dengan Islam, ingin menunjukkan bahwa agama tidak boleh dibawa ke ranah kehidupan.

Narasi yang sama selalu kita dengar dari penista agama dan siapapun yang mendukungnya, ingat kata-kata “Jangan mau dibodohi dengan Al-Maidah 51”?.

Inti yang ingin mereka sampaikan sebenarnya sama, bahwa agama itu tidak berpengaruh dalam kehidupan bernegara, bahkan agama hanya bikin masalah saja.

Maka dulu muncul kalimat “kafir jujur lebih baik dari Muslim korup”, mereka ingin menginstall pemahaman pada kaum Muslim “beragama tak membuatmu baik”.

Apa kondisi ideal yang mereka inginkan? Sebuah negera tanpa agama. Agama boleh dibicarakan di Masjid, tapi jangan sampai sebagai dasar dalam menentukan keputusan hidup.

Agama boleh membahas shalat, puasa, dan ibadah lain. Tapi jangan sampai jadi pertimbangan dalam memilih pemimpin, dan bahasan-bahasan kenegaraan.

Mengapa? Sebab musuh kedzaliman adalah Islam. Dan mereka tahu, satu-satunya cara bisa meneruskan kedzaliman tuan-tuan serakah mereka, adalah menyingkirkan Islam.(kl/sw)