Catatan Zeng wei Jian: Sudirman – Ganjar Bicara

Eramuslim.com – Di acara “Kandidat Bicara”, Ganjar Pranowo mau ngajak Prof. Komarudin pergi piknik. In other words, Prof Komarudin kurang piknik, referensinya kurang. Taunya Magelang saja.

Begitu itu, cara Ganjar menghadapi kritik seorang profesor.

Ganjar klaim sukses swasembada. Hanya kedelai dan tebu yang gagal. Tapi aneh, kenapa bantuan raskin mutu rendah diberitakan sering menguyur Jawa Tengah.

Sudirman Said berbeda secara diametris dan dramatis. Dia ‘cool’ dan tenang menghadapi serbuan Qudlori seputar Tim Sinkronisasi Anies-Sandi. Air mukanya tidak berubah. Konstant. Bagaikan batu karang yang hening. Tidak seperti Ganjar saat ditanya soal e-ktp. Selain tegang, mata Ganjar lebih banyak berkedip-kedip.

Tim Sinkronisasi Anies-Sandi dibentuk sebagai bridge antara ‘janji kampanye’ dan program pembangunan. Alhamdulilah, kata Sudirman Said, semua janji kampanye Anies-Sandi masuk RAPBD.

Taj Yasin orang baik. Usianya baru 34 tahun. Belum sekelas Ida Fauziah yang empat periode terpilih jadi anggota DPR-RI. Semua politisi mahfum, Taj Yasin dipasang demi kepentingan elektoral.

Saat Radar Pancadahana tanya soal budaya. Reply Taj Yasin; seputar marching band. Ganjar ngalor-ngidul. Ngomongin kehebatannya. Membosankan. Didi Nini Towok ngga sanggup jadi booster acara. Tidak firm penjelasan-penjelasan penyuka musik heavy metal ini.

Soal bersosial-media, sebenarnya Taj Yasin tidak in-line dengan Ganjar yang getol main twitter, facebook dan instagram. Taj Yasin bilang, di Jawa Tengah masih banyak orang tidak mengenal media sosial. Teman saya bilang, pengguna media sosial di Jawa Tengah sekitar 20% saja.

Artinya, pilihan taktik media komunikasi Ganjar tidak berdasarkan fakta kondisi Jawa Tengah. Tendensinya memaksakan impian subjektif diaplikasikan di masyarakat. Jadi anakronistik dan tidak tepat. Dengan kata lain: Ngelantur.