Keadilan Sosial dan Kematiannya: Sebuah Catatan Akhir Tahun

Untuk urusan ini, maka Said Aqil dan Habib Rizieq harus memulai membicarakan serius langkah2 strategis pada isu2 keadila  sosial tersebut. Tentu juga semua tokoh2 nasionalis.

Penutup

Akhir tahun 2019 kita tandai dengan duka. Pernyataan ketua umum NU tentang oligarki menguasai Indonesia, adalah situasi memalukan dari bangsa yang lahir melalui revolusi sosial. Faktanya, saat ini, cukong-cukong bukan lagi bekerja diam, secara politik, seperti di masa Orde Baru. Sekarang mereka tampil memimpin negara. Itu adalah keniscayaan demokrasi.

Problemnya adalah kekuatan elit rakyat seperti elit NU, yang dipimpin Said Aqil, kurang mendapat kepercayaan apakah mereka akan benar-benar melakukan perhitungan ulang dalam membenahi arah bangsa ke depan, ataukah hanya sekedar memanas-manasi situasi sosial, yang bertujuan jangka pendek.

Meskipun motif Said Aqil bisa kita kesampingkan, namun persoalan yang mempunyai fakta, seperti ketimpangan sosial dan kekuasaan oligarki, Cina kapitalis, harus ditata dalam sistem ketatanegaraan yang menjamin keadilan sosial ke depan. Misalnya, ketika Said Aqil menyinggung adanya kapitalis yang memiliki 5 juta hektar tanah di Indonesia, lalu bagaimana membatasinya?

Namun, sekali lagi, tentu saja rakyat harus terus bergerak mencari solusi, agar keadilan sosial menemukan jalannya di Indonesia.(end)

(Penulis: Dr. Syahganda Nainggolan,  Direktur Sabang Merauke Circle )