Selain itu harus dipahami bahwa Erdogan adalah politisi yang tentunya punya ambisi pribadi, kelompok dan kepentingan nasionalnya. Salah satu kepentingan Turki adalah menjaga keanggotaannya di organisasi NATO.
Ketiga, terlepas dari siapapun yang memilih nama dan nama siapapun yang dipilih, kira-kira apa yang akan dituju dari penamaan itu? Negatif mind (pemikiran negatif) saya mengatakan jangan-jangan ini bagian dari konspirasi untuk semakin menguatkan sekularisme di negara Muslim terbesar dunia.
Sehingga Sesungguhnya ini adalah bagian dari “Islamophobia” global untuk semakin memarjibalkan nilai-nilai Islam (agama) dalam kehidupan publik.
Kalau sekiranya saya benar, tentu ini paradoks dengan apa yang lumayan bagus sedang dikembangkan oleh pemerintahan RI saat ini.
Salah satunya adalah menggalakkan berbagai insitusi yang berdasar Syariah, termasuk keuangan, perbankan dan ekonomi Syariah secara umum. Bahkan Bung Menteri Sandiaga Uno sedang menggalakkan pariwisata yang berbasis Syariah.
Karenanya jangan sampai hal sepele ini memberi ruang bagi publik untuk menguak kebijakan paradoks pemerintah. Di satu sisi menggemborkan kata Syariah dalam kegiatan ekonomi.
Tapi di sisi lain ingin menghadirkan imej jika Islam (Syariah) itu anti negara. Sebagaimana Attaturk pernah melakukan di masanya.
Membandingkan Kemal Attaturk dengan Soekarno
Hal lain yang menjadi catatan adalah bahwa Kemal Attaturk dan Soekarno tidak dapat disandingkan.
Walaupun karena dorongan situasi politik saat itu Soekarno pernah mengembangkan filsafat politik gado-gado (nasionalisme, agama dan komunisme).
Tapi Soekarno tetap yakin dengan urgensi agama dalam Kehidupan publik (berbangsa dan bernegara. Sementara Kemal Attaturk tidak saja anti agama. Tapi menghancurkan segala hal yang dianggap berbau agama.
Di arena internasional Soekarno jelas sepak terjangnya. Keberanian dan kemampuannya yang didukung kharisma yang tinggi di mata tokoh-tokoh dunia menjadikannya mampu menjadi tokoh yang dihormati dan disegani.